Jumat, 19 Mei 2023

OPERA KONGRES DAN KONFERCAB : HMI BUTUH PEMIMPIN YANG MEMBACA DAN PERSONA JENAKA



Pada suatu ketika, penulis dan filsuf Perancis Voltaire (1764) berkata, “Orang yang memegang kekuasaan tidak punya waktu untuk membaca buku. Orang yang tidak membaca buku, tidak pantas memegang kekuasaan.”

Seekstrem itukah kriteria seorang pemimpin ketika harus dikaitkan dengan kitab dan buku?

Apakah politik kekuasaan memang harus dihubungkan dengan lembaran-lembaran naskah literasi?

Mungkin tidak, tetapi rasanya tak berlebihan juga jika kita ingat bahwa salah satu unsur kepemimpinan adalah kemampuan dalam menguasai orang. Aldous Huxley (1921) tak pernah bosan mengingatkan kalau mau betul-betul belajar tentang manusia, bacalah buku banyak-banyak.

Kemampuan memahami orang-orang yang dipimpin, kepandaian dalam memilih orang kepercayaan untuk lingkaran terdalam kekuasaan, dan kepintaran mengendalikan beragam karakter manusia dalam berbagai situasi sesungguhnya merupakan bagian dari kepintaran membaca yang menjadi kunci keberhasilan seorang pemimpin.

Bagaimana bisa? Karena komponen politik yang lain di luar manusia sebagai pelaku politik sesungguhnya hanyalah alat, yang gerakan dan manuvernya dikendalikan oleh para manusia. Kekuatan kemampuan seorang pemimpin membaca bahkan dilontarkan secara lebih ekstrem oleh Harry Golden (1958).

Ia berkata, “Para diktator itu takut kepada buku, seperti mereka takut kepada meriam.” Jika seorang pemimpin pintar membaca buku, ia akan menjadi pemimpin yang ditakuti lawan politiknya sekaligus disegani orang-orang yang dia pimpin.

Melek Buku
Majalah Matabaca–sebuah majalah yang pernah terbit sebelum 2010 dan menasbihkan diri sebagai jendela dunia pustaka–Vol. 7/No. 2/Oktober 2008 pernah mengangkat sebuah tema menarik soal pemimpin dan buku.

Topik itu adalah Presiden Melek Buku, menampilkan sosok M. Fajroel Rachman sebagai pengamat politik yang waktu itu mencalonkan diri dari gugus independen. Di dalamnya diulas juga level kebukuan para kompetitor saat itu, seperti Yusril Ihza Mahendra, Sutiyoso, Rizal Ramli; juga wajah-wajah lama seperti Amien Rais, Wiranto, Gus Dur, dan juga SBY.

Majalah ini bahkan mencoba membandingkan dengan tokoh-tokoh pemimpin di mancanegara seperti Mao Tse-Tung, Mahatma Gandhi, juga Barack Obama. Ada dua hal yang inti dalam ulasan di rubrik Gagasutama edisi itu, yang notabene merupakan dua pengejawantahan istilah melek buku.

Pertama, selain harus terampil memimpin melalui tutur bahasa lisan, seorang pemimpin juga harus bisa menuangkan ide-ide kepemimpinan melalui bahasa tulisan, nelalui kemampuan menulis, memindahkan ide di kepala dan benak pemikiran secara literer.

Dalam model pemilihan pemimpin secara langsung oleh rakyat seperti yang terjadi di Indonesia masa kini dan di Amerika Serikat sejak masa lampau; karakter, kemampuan dan bahkan gaya serta prinsip-prinsip kepemimpinan seseorang bisa kita baca dari apa-apa yang dia tulis.

Karakter pemimpin bisa ditelaah dari lontaran ide yang menjadi opini dan dipublikasikan di berbagai media cetak, baik itu koran, majalah, dan juga buku. Segala sesuatu yang tertuang dalam waktu lama merupakan sebuah cermin kompetensi dan konsistensi. Dari ide-ide itu kita bisa melihat kapabilitas jika suatu ketika si penulis ide harus memimpin. Ini yang biasa kita sebut dengan melihat kompetensi. Dari ide-ide yang tersebar dalam kurun waktu panjang tersebut, kita bisa melihat keteguhan prinsip seorang calon pemimpin. Konsistensinya.

Mengapa? Karena sosialisasi ide melalui tulisan di media massa (termasuk pada era kini adalah media sosial) atau buku tidak dibatasi oleh ruang dan waktu layaknya kampanye formal yang hanya dilakukan secara jangka pendek, beberapa waktu sebelum prosesi pemilihan itu sendiri.

Jika hanya jangka pendek, bisa jadi hanyalah sebuah lips service. Jika seseorang mengampanyekan pemikiran secara berkesinambungan dalam jangka waktu lama, keyakinan akan kompetensi dan konsistensi lebih layak dipercaya.

Kedua, seorang pemimpin seyogianya juga merupakan orang yang mau membaca. Di prolog artikel itu disampaikan: Bagaimana caranya membaca keunggulan calon presiden kita? Salah satu dari puluhan kriteria adalah kecintaan pada dunia membaca.

Lalu, apakah ada jaminan bahwa pemimpin yang membaca adalah pemimpin yang bijak dan bajik? Tentu tidak, karena semua masih akan tergantung dari buku apa saja yang dibaca. Pada intinya hampir semua buku mengajarkan satu, dua, atau bahkan tiga hal ini: hikmah, informasi, kenyamanan hati.

Hikmah berbicara tentang inspirasi kebaikan dan cara yang bisa diteladani dan dijadikan pegangan untuk menjadi orang baik dalam kehidupan. Informasi bersifat memperkaya pemahaman dan pengetahuan agar setiap pilihan sikap memiliki dasar keputusan yang kuat dan benar.

Kenyamanan hati akan membuat orang semakin bahagia dengan menjadi orang yang baik, mengerti, dan bisa berempati dengan orang lain melalui fakta yang tersirat maupun tersurat. Dari sari ketiga inilah tampaknya artikel dalam Matabaca itu berani menyimpulkan bahwa salah satu buku yang harus dibaca adalah buku sastra.

Mengapa? Simak kata Baharuddin Aritonang, “Supaya hatinya mudah terpanggil.” Fadjroel Rachman menyiratkan alasan “akan mempertajam pemikiran seseorang.” Kata dia lagi, “Dengan karya sastra, kita bisa mendapat gambaran yang utuh dari sosok manusia daripada data primer.” Mungkin ini yang pada akhirnya membedakan seseorang akan menjadi pemimpin yang otoriter, diktator, koruptif, manipulatif atau menjadi pemimpin yang arif, empatif, mengayomi, dan luwes.

Jika memang demikian, kebiasaan membaca bagi seorang pemimpin amatlah penting sehingga kriteria melek buku rasanya menjadi layak dipertimbangkan untuk menjadi bagian dari key performance indicator (KPI) seorang calon pemimpin.

Secara subjektif, para pencinta buku selalu merindukan pemimpin yang melek buku untuk lebih menjamin kearifan pemerintahan. Harry S. Truman, pemimpin Amerika Serikat era Perang Dunia II, pernah berkata, “Not all Readers are Leaders, But all Leaders are Readers.”

Menurut Truman, membaca merupakan kegiatan yang paling mudah dan efektif bagi seorang pemimpin untuk mengembangkan kepribadian. Membaca merupakan kebiasaan baik yang harus melekat pada diri seorang pemimpin. Perdana Menteri Inggris Winston Churchill juga memiliki kebiasaan membaca yang luar biasa. Ia bahkan tidak hanya membaca. Dari kepalanya yang penuh pengetahuan, ia telah menelurkan lebih dari 50 buku yang mengantarkan dia menerima penghargaan Nobel di bidang literatur.

Pemimpin yang meyakini bahwa buku adalah pintu pengetahuan dan kebajikan untuk warga negara, diyakini akan membuat kebijakan perbukuan di negaranya menjadi sangat kondusif.

Pemimpin yang punya kebiasaan membaca akan lebih memberi kepastian bahwa tidak ada lagi buku-buku yang dibakar seperti sejarah yang pernah terjadi di Opernplatz, Berlin, pada 10 Mei 1933, ketika Nazi membakar lebih dari 20.000 buku yang dianggap non-Jerman.

Seperti juga kata sejarawan Asvi Warman Adam, pembakaran buku—apa pun alasannya–tak ubahnya upaya menghalangi kecerdasan bangsa. Nah, sekarang kita punya 3 pasangan putra putra terbaik Indonesia yang mencalonkan sebagai presiden untuk 2024, dan beberapa Calon untuk Kongres dan Konfercab Kendati masih banyak calon yang belum dengan lantang menyatakan sikap namun dalam siur berita dan isu yang kita lihat dari tindak tanduk nya beberapa bulan terakhir kita dapat menerka dengan jelas. Untuk negara dan untuk Indonesia kita butuh pemimpin yang literat sehingga ia memiliki pandangan dan kepekaan yang tinggi sehingga dikritik bukan untuk ia jatuh namun tumbuh bahkan merespons setiap suara dengan keterbukaan bahkan mengapresiasi hal tersebut hanya saja, hanya mereka yg literat yang tersenyum dan mengapresiasi jika dikritisi.

Apakah mereka adalah para calon pemimpin yang membaca?
Masih ada waktu untuk mengamati. Semoga saja, pengamatan yang kita lakukan akan menemukan konklusi bahwa semua pasangan calon itu adalah orang-orang yang (pintar) membaca.

Bila kita rajin membaca buku kepemimpinan dan komunikasi pemimpin, maka selalu ada bagian yang menyatakan bahwa pemimpin yang baik perlu punya sense of humor. Ya, punya rasa humor dan menggunakan humor baik dalam pergaulan informal maupun dalam bentuk formal. Saya punya keyakinan bahwa orang yang suka humor akan panjang umur. Dan saya yakin Gus Dur dikasih umur panjang karena dia senang tertawa dan humoris. Pemimpin lain yang saya lihat suka humor alah Jusuf Kalla. Humor JK lebih kepada menertawakan proses politik atau masalah sosial yang hangat waktu itu.

Humornya lebih ke arah orisinal yaitu masalah di sekitar kehidupan, bukan seperti Gus Dur yang lebih kaya dengan cerita-cerita di kalangan santri dan kisah tempo dulu di Timur Tengah. Saya tidak tahu apakah SBY seorang humoris atau tidak, karena dia lebih santun berbicara.
Saya sendiri dulu pernah sempat traumatis ketika melontarkan humor, lalu tidak ada yang tertawa atau hanya sebagian kecil yang tertawa. Dan itu bukan hanya sekali, tetapi berkali-kali. Cuma saya tidak pernah kapok!

Kegunaan humor, kata Scott Friedman ada beberapa: pertama, pertama, humor bisa menghentikan lamunan. Maksudnya, membuat orang yang tadinya tidak menaruh perhatian bisa fokus ke pembicaraan kita. Kedua, membuat pendengar tenang dan segar di mana pendengar akan bangkit semangatnya mendengar presentasi pembicara. Ketiga, setelah humor disampaikan maka selanjutnya daya tahan mendengar informasi kita bisa lebih lama. Keempat, humor bisa merangsang sisi kanan dan kiri otak sehingga isi ceramah dan presentasi dapat diingat dalam jangka waktu lama. Kelima, orang-orang (pendengar) suka dengan orang (pembicara) yang suka humor dan ini akan menimbulkan rasa saling pengertian dan para pendengar. Keenam, membuang kejenuhan dan kebosanan. Ketujuh, ceramah jadi lebih menyenangkan sehingga informasi yang masuk tidak membuat pendengar merasa terjejali, bahkan justru terhibur. Kedelapan, informasi yang paling berat pun akan masuk dengan baik bila diawali dengan humor. Kesembilan, membuat pendengar terlibat dan siap menerima pelajaran. Dan kesepuluh, merangsang kreativitas di mana pendengar akan melihat cara baru mempelajari sesuatu dan mengolah informasi dengan hal yang familiar.

Jika kita melihat konteks hari ini prihal gaya kepemimpinan yang berlaku di HMI maka kita melihat pemimpin pemimpin yang tegas namun limit dalam humor, kita melihat banyak pemimpin pemimpin yang harap akan di istimewakan, dengan cara menunduk, dibentangkan karpet merah, dan lain lain. sehingga beberapa waktu lalu saya mencoba untuk berandai jika HMI dipimpin oleh mereka yang dari kalangan komedian atau persona yang lucu, minsalkan Ari Kriting, Dzawin, Dodit Mulyanto, menjadi Ketua Umum HMI Cabang atau PB HMI rasanya HMI akan lebih menarik karna Kepemimpinan adalah sebuah proses dimana seseorang mempengaruhi sebuah tim untuk mencapai tujuan (jangan salah Lo Ari Kriting itu sudah menunaikan Latihan Kader II HMI).

Namun kebanyakan pemimpin bersikap Perfectionist dan membuat mereka sangat kritis terhadap dirinya sendiri dan juga orang-orang disekelilingnya. Hal ini dapat menyebabkan ketegangan dalam bekerja. Ketegangan tersebut dapat menyebabkan kekakuan pada otot-otot syaraf manusia yang menyebabkan kurang produktifnya seseorang dalam berfikir dan lambatnya dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

Hal tersebut tentu saja dapat menghambat tercapainya tujuan.Oleh karena itu,seorang pemimpin harus bisa mengatur irama emosi, Humoris bermanfaat untuk meredakan ketegangan dan menambah semangat. Namun, sifat humoris yang dimiliki harus alami, tidak dibuat-buat, sehingga membuat anggota tim menjadi lebih nyaman dalam bekerja.

Pemimpin yang memiliki sifat humoris memiliki ciri-ciri murah senyum, mampu memecahkan kebekuan, mampu menciptakan kalimat yang menyegarkan, kaya akan cerita dan kisah lucu, serta mampu menempatkan humor pada situasi yang tepat, Avolio (1999),mengatakan bahwa humor menjadi sifat dan kompetisi penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. kepemimpinan humoris dan inspiratif dapat melepaskan doktrin kepemimpinan lama menjadi kepemimpinan yang memberdayakan bawahan dengan otonomi yang lebih melalui perilaku interaktif yang menarik sehingga dapat meningkatkan efektivitas kepemimpinan yang pada akhirnya bertujuan pada pencapaian target-target organisasi.

Dalam beberapa tahun terakhir kita melihat himpunan Mahasiswa Islam diasuh oleh pemimpin-pemimpin yang bersikap tegas otoriter serta lugas sehingga para kader-kader HMI merasa bahwa segenap sikap yang ditunjukkan oleh ketua umum ketua umum tersebut hanya akan memberikan Citra buruk bagi para kader-kader HMI yang di mana para kader-kader HMI cemas takut untuk berinteraksi dengan pemimpin mereka padahal hakikatnya mereka mesti menciptakan atmosfer proses kaderisasi yang tenang,nyaman, dan energik tanpa harus menimbulkan kecemasan dan ketakutan, semua dalil ini akan dibantah dengan kata Marwah. Jika pemimpin ingin dihormati, disegani, diikuti, bukan Karna ia hanya berbicara sepatah dua patah kata, dengan sikap dingin, dengan duduk dimuka, tidak tertawa dan berbicara seadanya namun pemimpin itu dihormati karna kualitas dan kapasitas nya.

Beberapa senior yang saya ajukan pertanyaan serupa lebih banyak memilih pemimpin yang tegas, karismatik, dan lain-lain, mereka tidak sependapat dengan perandaian saya namun saya sedang tidak menghakimi hal tersebut namun lebih menghormati pendapat tersebut.

Dalam tahun politik ini pula banyak ketua umum yang cemas, gagap dalam menyuarakan sebuah kebenaran Karna khawatir kursi struktural tidak aman, di tahun tahun ini pula kita melihat pemimpin yang tiba tiba muncul dan merakyat secara tiba tiba padahal sebelumnya tidak.

Jika Indonesia memiliki pak Syafrudin seorang menteri keuangan era Bung Karno yang tak mampu membeli popok untuk anaknya, kita rindu sosok M. Natsir perdana menteri Indonesia yang menggunakan jas tambal dan mengayuh sepeda ontel ke kontrakan nya, kita rindu sosok M. Hatta yang tidak mampu membeli sepatu keinginan nya hingga akhir hayatnya, kita rindu Abdurahman Baswedan yang harus meminjam telpon tetangga nya, kita rindu Jend. Hoegeng yang tidak menempati rumah dinas nya dan memilih tinggal di rumah sederhana.

HMI butuh pemimpin pemimpin yang merakyat tanpa alih alih dan syarat, pemimpin pemimpin yang tinggal di sekretariat, membersihkan, memegang sapu membersihkan rumah perjuangan. Hari ini kita melihat bahwa sekretariat atau rumah perjuangan kelam, sepi, hening, ramai hanya ketika perhelatan latihan kader, atau diskusi, kita dan pemimpin kita lupa meramaikan rumah perjuangan ini.

Tulisan ini lahir adalah karna melihat antropologi HMI yang kian hari kian menuntut penghormatan dan mengabaikan kebenaran. Kritikan dianggap sebuah kesalahan dan ketidaksopanan padahal negara atau organisasi akan dianggap hebat dan bertumbuh jika para kader nya memiliki analisis yang kuat dan bernyali mengkritisi. Itu tanda nya bertumbuh, justru yang patut dipertanyakan adalah bila negara atau organisasi sudah tidak dikritisi oleh rakyat dan kader nya, itu bukan lah suatu keindahan atau kebaikan namun justru terdapat banyak celaka.

Kita lebih memilih tempat tempat mewah untuk berdiskusi atau bermain ketimbang rumah sendiri, dan kita takut bersuara karena cemas tak dapat kursi atau bahkan di benci, hanya pemimpin pemimpin yang tidak literat yang membuang kritikan atau tutup telinga akannya.

Sabtu, 13 Mei 2023

NOKTAH KAMPUS MERDEKA: ASING DENGAN KRITIKAN DAN STUNTING DENGAN PEMIKIRAN


 Dapat saya katakan bahwa "Kecerdasan bangsa dalam suatu Negara sangat ditentukan oleh kekuatan pendidikannya, karena Bangsa yang cerdas memiliki Pendidikan yang pantas"

    Bangsa Indonesia sejatinya tidak pernah kekurangan manusia-manusia yang memiliki kemampuan berfikir yang baik, bahkan jika kita menilik yang dimulai dari sejarah Indonesia maka kita akan terhenyak dan berdecak kagum ketika melihat Masyhudul Haq atau yg lebih Mashur dengan nama H.Agus Salim seorang diplomat ulung terlihat dari Pengakuan secara De Jure oleh Mesir kala itu dalam kemerdekaan Indonesia serta menguasai 9 bahasa Dunia, seorang lulusan Belanda, kita kenal Bapak Republik Indonesia yang dilupakan sejarah padahal ia adalah bagian dari sejarah pemikiran Indonesia yakni Tan Malaka, seorang lulusan Kampus ternama Belanda dengan mengandung konsep negara Indonesia yg dijelaskan secara apik dalam buku nya Naar De Republiek Indonesia, kita ingat bagaimana M. Nasir dengan ide cemerlang nya menumbuhkan paradigma tentang hakikat sebuah bangsa, Moh. Yamin, Soepomo, Sutan Sjahrir, dan masih banyak lagi putra-putri terbaik bangsa ini Mashur di dunia dengan pemikiran pemikiran yang dahsyat dan tutur argumen yang baik. Ajaib nya kendati mereka kerap terjadi persilangan pendapat namun bukan menjadikan mereka saling memusuhi bahkan itu menjadi warna identitas pemikiran mereka. Bung Karno menginginkan bangsa indonesia dengan konsep kesatuan sedangkan Moh. Hatta menghendaki negara dengan konsep federal, bahkan dalam sejarah bangsa Soekarno adalah dalang dari pemenjaraan Tan Malaka namun di saat yang bersamaan Soekarno berkata, di saat saya lengser dan negara ini revolusi maka yang memimpin negara ini harus Tan Malaka. Dan masih banyak lagi peristiwa di negara ini yang di mana kendati berbeda ide dan konsep tentang apapun namun mereka bukan musuhereka tetap teman diskusi. sudah kita ketahui tentang betapa banyaknya pakar Pendidikan yang bertebaran dari Sabang sampai Merauke, dari banyaknya pakar tersebut, pertanyaannya masih sama, yaitu "Kenapa sih Pendidikan kita hanya itu-itu aja?" atau "Kenapa sih sistem Pendidikan kita sangat tertinggal dengan kebanyakan negara di luar sana?". Pasti pada kebanyakan dari para pembaca juga akan merasa seperti itu, hebatnya, hal tersebut sudah menjadi aib sekaligus rahasia umum dari sistem Pendidikan kita. Lalu dengan hal yang darurat demikian, apakah kita tak ingin melakukan apa-apa? topik yang saya pilih ini sendiri adalah suatu permasalahan dari Pendidikan kita dan dinamika Kampus, dimana permasalahan itu saya anggap paling Fundamental.


    Yang saya tulis kali ini adalah bentuk kekecewaan saya pribadi terhadap Universitas saya, saya sendiri juga menjadi korban dogmatis berkedok pedagogis (pendidikan) di dalamnya, sekaligus menjadi korban halusinasi hipnotis dalam promosi yang dirangkai sebagai hipotesis (pernyataan) . Tapi saya sama sekali tak menyesal karena sudah bersekolah, karena ini adalah tantangan saya sendiri (juga kawan-kawan yang sedang kecewa) untuk mengkritik, memberi solusi dan mendekonstruksi (mengatur ulang) pedagogi di negeri ini, saya sebut yang saya lakukan ialah perjuangan para murid pergerakan melawan kediktatoran dalam Pendidikan.


    Di sini mungkin para pembaca ada yang merasa bahwa semangat saya pada tulisan ini hanyalah halusinasi seorang murid saja, saya tak menyalahkan pendapat pembaca yang demikian, karena memang hal yang saya impikan untuk mendekonstruksi metode pedagogi di negeri ini terlihat mustahil secara teoretis. Saya sudah sadar akan hal itu semenjak saya membaca Descartes ketika berada di saat saya Mondok Di Pesantren Al Amien Prenduan Madura, kata Descartes dalam bukunya "Diskursus de la metode", untuk mendekonstruksi suatu system, tak akan berhasil bila hanya memotong dahan atau batangnya, yang akan berhasil ialah bahwa ketika anda mencabut hingga akar-nya.

    Sistem Pendidikan kita juga seperti itu, karena sudah terlanjur menjadi pohon ceri, tak dapat kita ubah menjadi pohon mangga kecuali dengan mencabut akar dan mengganti pohonnya, itu yang kita pahami secara teoretis.

    Lain jika bicara soal metodis, pohon ceri memang tak bisa dilanjutkan (cangkok) dengan pohon mangga, namun pohon ceri dapat hidup berdampingan dengan pohon mangga, bila pohon mangga kita tanam di sebelahnya, yang akan lebih diminati ialah pohon mangga karena lebih manis, dalam artian menciptakan sekolah atau sistem Pendidikan baru yang mengutamakan substansi moral dan intelektual ketimbang embel-embel formal, seperti apa yang dilakukan Pak Julianto Eka Putra dengan Selamat pagi Indonesia-nya, atau Kang Irfan Amalee dengan Peacesantren-nya. Tapi tetap, kita tak dapat meninggalkan Pendidikan formal yang semakin ke sini bukan malah menuju kecerdasan, namun malah menuju dekadensi pikiran. 

    Ini yang akan saya jadikan sebagai topik Utama tulisan ini, yaitu problematika murid yang hanya ingin mengincar ijazah untuk kerja, bukan mencari ilmu untuk mengetahui dan mengubah dunia (yang saya sebut sebagai murid teler), juga problematika sekolah beserta guru kapitalis juga egosentris yang memberantas para murid kritis (saya sebut sebagai sekolah totaliter), saya akan mengupasnya secara filosofis seperti pada tulisan-tulisan sebelumnya. 

    Membahas soal filsafat pendidikan, filsafat Pendidikan menurut B. Othanel Smith ialah filsafat yang menyelidiki hakikat pelaksanaan Pendidikan mulai dari tujuan hingga hasilnya. Landasan filosofis Pendidikan yang dianut oleh Indonesia ialah apa yang terkandung dalam Pancasila, secara tautologis (hubungan) Pendidikan di Indonesia bertujuan Pancasila, Ber-latar belakang Pancasila, Dengan cara yang Pancasilais dan hasilnya ialah pribadi yang Pancasilais.

    Mungkin itu yang terkandung dalam definisi sekaligus filosofi Pendidikan kita. Namun, kita tak boleh menyeleweng jauh dari landasan historis dan fungsi empiris dari adannya Pendidikan, karena menurut G.W.F Hegel, Roh Absolut dari segala fenomenologi (Kejadian) di alam semesta ini ialah sejarahnya, kalau meninggalkannya, maka ilmu atau ide yang terkandung didalamnya tak lagi bermakna alias mati. 

    Kalau menggali landasan historis Pendidikan dari sudut definisi, tentunya sudah sejak manusia pertama Pendidikan telah ada, karena hakikat dari manusia sendiri ialah makhluk sosial, dimana ia tak bisa hidup tanpa sosialisasi, media sosialisasi sendiri ialah komunikasi, menurut Habermas, komunikasi antar pribadi juga bermakna sebagai saling mengajari, ajaran sendiri merupakan asas Utama daripada Pendidikan, begitu kiranya kalua saya ulas secara runtut tautologis (Berkaitan).

    Namun, bila kita memahami landasan historis Pendidikan dari segi institusi, mungkin Plato dengan Academia-nya lah yang menjadi Pendidikan institusional pertama. Plato sendiri mengajarkan perihal metode kepada kita, yakni suatu ide yang tertangkap oleh pikiran lebih nyata ketimbang obyek yang dilihat oleh mata. 

    Cara berpikir untuk menghasilkan suatu ide-lah yang menjadi tugas Utama Pendidikan menurut Plato, karena itulah landasan filosofis-historis dari Pendidikan institusional atau Pendidikan formal, Jadi penalaran lah yang menjadi asas metodis-historis-pedagogis Pendidikan yang fundamental daripada :

1. Ontologi Ilmu Pendidikan, Pembahasan mengenai hakikat substansi dan pola organisasi ilmu pendidikan

2. Epistemologi Ilmu pendidikan, Pembahasan mengenai hakikat objek formal-material ilmu pendidikan

3. Metodologi Ilmu pendidikan,  Pembahasan tentang cara kerja dalam menyusun ilmu pendidikan

4. Aksiologi Ilmu pendidikan,  Pembahasan tentang hakikat nilai kegunaan teoretis dan praktis ilmu pendidikan

    Memasuki paradigma metafisis dalam ruangan Pendidikan, metafisika ialah suatu cabang filsafat yang menyelidiki suatu yang ada di balik realitas saat ini, apa yang tak dapat dijelaskan secara teoretis oleh sains, akan dijelaskan secara metodis oleh metafisika.

    Dalam Pendidikan, Metafisika berperan  penting secara praktis, karena anak-anak bergaul dengan dunia sekitarnya, maka ia memiliki dorongan kuat untuk memahami segala sesuatu di sekitarnya, di sinilah akan timbul pertanyaan yang tak dapat dijelaskan secara ilmiah seperti: Kenapa manusia hidup? Siapa yang menghidupkan manusia? dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. 

    Di sinilah kita memasuki inti dari tulisan saya, yakni bagaimana bisa sekolah yang totaliter, dapat membuat murid beler. Secara filosofis dan historis, sekolah yang totaliter menyalahi dasar fundamental terciptannya Pendidikan institusional seperti apa yang saya uraikan, jadi dapat direduksi secara logis bahwa sekolah yang totaliter hanya memiliki hasrat kapitalis dan politis, walau secara substansial ia mendidik, tapi secara fungsional dan esensial, ia hanya mengangkat asas-asas legal-formal dan mengabaikan eksistensi dari pembangunan moral dan intelektual.

    Yang paling menakutkan adalah ketika sekolah totaliter menggunakan paradigma metafisis historis (kisah-kisah lama) untuk memberi substansi dogmatis bahwa murid tak boleh mengkritisi gurunya, kadangkala ia mengutip dari kisah seorang tokoh maupun ulama', isi dogma tersebut ialah bahwa ulama' maupun tokoh-tokoh hebat tak pernah melawan gurunya dan selalu menaatinya, padahal itu tergantung pada pribadi gurunya.

    Di sini secara otomatis Murid akan teler karena kehilangan idealisme-nya, dimana idealisme (ide) kata Schoupenhaur ialah dunia dari manusia, sekolah totaliter tersebut berhasil memusnahkan dunia muridnya.

    Sekolah demikian-lah yang menghambat tumbuhnya kecerdasan bangsa ini, seharusnya secara konseptual, sistem totaliter tak dapat hidup dalam sistem demokrasi, tapi mungkin benar kata Popper bahwa demokrasi hanyalah sistem biasa yang tak ada efeknya terhadap totalitarianism, juga Zizek yang mengatakan bahwa demokrasi hanyalah sebuah ilusi institusional dan konstitusional.

Konsep modern kebebasan berekspresi yang kita kenal saat ini diatur dalam:

1. Pasal 19 ayat 2 Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik, yang telah diratifikasi pemerintah Indonesia.

“Setiap orang berhak atas kebebasan berekspresi; hak ini termasuk kebebasan untuk mencari, menerima dan menyebarkan informasi dan gagasan dalam bentuk apa pun, tanpa memandang batas negara, baik secara lisan, tertulis atau di media cetak, dalam bentuk karya seni, atau melalui media lain pilihannya.”

Dalam konstitusi nasional, kebebasan berekspresi dilindungi dengan:

2. Pasal 28E ayat (3) UUD 1945 “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.”

3. Pasal 28 F UUD 1945 “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”.

    Kedua pasal dalam konstitusi ini menegaskan cita-cita Indonesia menjadi negara hukum yang berkedaulatan rakyat dan menjunjung tinggi HAM, termasuk hak atas kebebasan berekspresi. Undang-undang dasar harusnya menjadi acuan utama dan nafas produk hukum turunannya.

    Namun saya sedang tidak menyoroti diskursus kebebasan berpendapat atau berekspresi sebuah negara Karna mengingat bahwa telah banyak resonansi-resonansi kritik yang ditujukan ke negara namun saya sedang menyoroti prihal kebebasan berpendapat dan mengkritik dalam ranah kampus yang mungkin terjadi pula di kampus pembaca sekalian

    Pertama adalah prihal ketakutan dan kehawatiran mahasiswa dalam menyoroti dalam narasi kritis tentang segenap proses yang terjadi di kampus. Dari beberapa mahasiswa yang saya tanyakan mengapa tidak berani menyuarakan hal hal yang dianggap perlu untuk disampaikan pada pihak terkait lalu saya menemukan jawaban yang beragam, ada yang mengatakan bahwa ia adalah salah satu korban dari hilangnya beasiswa yang ia dapat Karna melakukan aksi, ada pula yang terhambat proses kelulusannya Karna memberikan kritik pada pihak tertentu di wilayah kampus, ada pula yang dimusuhi oleh beberapa dosen serta ditatap bak pencuri kelas kakap dan sinisme setiap kali bertemu, ada pula kaum putus asa setelah melihat beberapa peristiwa tersebut sehingga mengurungkan niat nya untuk mengkritisi kampus Karna hal tersebut hanya akan membahayakannya serta tidak akan mendapatkan hasil yang ia kehendaki, ada pula kaum apatis yang memang melihat terjadi sebuah katakanlah penyimpangan, ketidakadilan hak, namun mereka tidak mengkritisi justru diam dan mengalir apa adanya. Inilah sinopsis pendidikan Indonesia hari ini yang berusaha menghindari ketajaman  argumentasi dengan sebuah ancaman, namun saya tidak ingin menghakimi setiap pandangan mereka terhadap hal ini dengan akumulasi positif dan negatif namun bukan kah pendidikan tercipta untuk menciptakan manusia manusia yang memiliki kemampuan berfikir dan hakikat nya manusia itu adalah Khalifah di muka bumi ini bahkan pelajar atau mahasiswa itu disebut dengan seorang yang menuntut ilmu, sehingga secara terminologi kita adalah penuntut bukan penurut. 

    Kedua adalah Indonesia mengajarkan kita bahwa kemewahan sebuah negara terletak dari infrastruktur yang indah, sehingga tercitra lah kita sebagai bahasa yang maju padahal jika kemajuan berorientasi pada pembangunan fisik maka itu adalah kemunduran intelektualitas bangsa. Termasuk dalam konteks dunia kampus, kampus akan bermartabat dan akan dibanggakan jika bangunan nya bak kayangan, padahal dibalik itu pula kita melihat terjadi transformasi pemikiran yang sudah tidak diperhitungkan, kita melihat terjadi pergeseran penampilan dan bukan memperhatikan penalaran, kita melihat bahwa dengan bangunan yang megah kita terobsesi untuk melakukan kerja sama secara diplomatis pada dunia luar padahal penduduk nya masih janggal dengan pemikiran. 

    Ketiga adalah tentang demokrasi yang berbasis politik identitas dan semacam sistem dinasti sehingga berdampak pada pertumbuhan dari mahasiswa itu sendiri, bukan kah sebuah kemajuan salah satu komposisi nya adalah berlaga dan bertanding dengan banyak orang sehingga mereka yang tidak berkembang akan memacu untuk berkembang dalam banyak aspek. Atmosfer kontestasi semacam ini justru akan membuat mahasiswa akan kian berkembang. 

    Keempat adalah tentang fungsi dan peran dari Badan Eksekutif Mahasiswa, Senat Eksekutif Mahasiswa, para Himpunan mahasiswa jurusan, jika kita menilik konteks struktur negara maka replika dari negara tersebut adalah Universitas, ajaib nya beberapa tahun terakhir kita melihat stagnasi program dan misi dari steak holder tersebut dalam menumbuhkan dan mewadahi potensi mahasiswa. Sangat kentara transisi perkembangan senior senior kita dulu yang hari hari nya disesaki oleh tumpukan kegiatan yang disediakan oleh BEM,SEMA, atau HIMA, Organisasi Eksternal dan Organisasi Internal, sehingga senior senior kita dulu tumbuh menjadi mahasiswa yang berbakat dalam banyak aspek namun hari ini bagaimana? Wajar saja jika banyak mahasiswa yang sudah tidak menggandrungi Organisasi Eksternal maupun internal kampus dan mereka lebih memilih menjadi penurut dan segera di wisuda. Untuk itu BEM, SEMA, HIMA, jika ingin menjadi legenda dan menjadi catatan penting sejarah maka ia harus memiliki orientasi berbeda dalam langkah dan pemikiran yang nanti nya tidak gagap merealisasikan misi nya untuk kemaslahatan banyak orang lalu imbas dari itu adalah negara kian maju dalam konteks pemikiran dll.

Mungkin tulisan ini di anggap sebuah kritikan yang divonis sebagai kejahatan atau ketidaksopanan, bahkan ketidakpatuhan namun sejati nya ini lahir Karna sebuah harapan dan optimisme yang kuat terhadap kemajuan. Mengapa dengan tulisan Karna terobsesi dengan para ulama besar dan orang orang hebat yang elegan dalam mengingat kan melalui tulisan. Dan ini adalah pandangan subjektif yang tidak sedang menghakimi pihak pihak tertentu namun kegelisahan jika ini terus berlanjut.

#kita butuh Pemimpin yg telinga nya dekat dengan tanah, bukan tanah yang dijarah. Kita butuh pemimpin yang terbuka dikritik bukan yang kedap terhadap kritik.

Pesan saya kepada guru totaliter :

 "Kalau mengajar hanya sebatas mencari gaji, anda tak layak di puji. kalau Anda mengajar demi murid dan menggunakan hati, maka semua murid termasuk saya akan mengingat anda sampai mati"

 Untuk para murid :

 "Kritisi gurumu yang egosentris, hormati gurumu yang tak apatis, lakukan semua itu dengan sopan, tunjukkan bahwa kita berpendidikan"





Sabtu, 06 Mei 2023

KONFERCAB MANGKRAK DAN SIKLUS REGENERASI YANG MERANGKAK



     Dalam khazanah sejarah dan ingatan bangsa ini kita mengetahui bahwa Himpunan Mahasiswa Islam merupakan organisasi Islam yang berdiri pada 1947 di Yogjakarta. Berdirinya HMI secara eksplisit berkaitan dengan kondisi sosial politik di tanah air paska kolonial hingga dinamika pergolakan bangsa, kondisi sosio-politik yang demikian itu turut menentukan pandangan HMI dalam format revolusi mental bangsa. HMI dalam hal ini terus berijtihad melalui komitmen kebangsaan dan keumatan demi menuju pembaruan dan pencerahan bagi masyarakat Indonesia. Dan tidak dapat kita hapus dalam ingatan bangsa Indonesia bahwa HMI memiliki kontribusi besar dalam kemerdekaan, gagasan, dan melawan penjajahan kala itu.

    Dalam ijtihad nya, HMI berupaya keras untuk menjaga komitmen nya, melewati era demi era dengan berbagai fenomena dan dinamika yang tidak jarang mengguncang niatan HMI dalam perjalanannya yang tidak mudah. ada satu pernyataan dari Cak Nur yang kontroversial dan sekaligus mengilustrasikan dinamika nostalgia di HMI: "Bubarkan saja hmi" saya pikir pernyataan Cak Nur yg merujuk pada persoalan dalam tubuh HMI yang harus dibaca secara kritis terkait khittah perjuangan HMI.

    Rasionalitas pernyataan di atas meletup kepada kegelisahan intelektual, semacam dramaturgi dalam pemikiran Cak Nur akan kekhawatiranya mengenai eksistensi HMI, karena bagi cak nur, HMI nantinya akan dijadikan bahan olok-olok. selain itu, HMI terlalu politis terdekat dengan kekuasaan orde baru.

Tapi apakah dengan pernyataan Cak Nur, HMI harus mengambil jarak atas kekuasaan dan politik? jika kita meminjam ungkapan dari Taufik Hidayat dalam salah satu pidatonya yang diulas oleh Idris Pua Bhuku dalam tulisannya yang berjudul menjaga independen himpunan Taufik hidayat memberikan analisis kritis terhadap posisi HMI dalam pergolakan politik bangsa:"Bagi HMI kekuasaan atau politik bukanlah wilayah yang haram politik justru mulia jika dijalankan di atas etika dan bertujuan untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Lantaran itu, HMI akan mendukung kekuasaan pemerintah yang sungguh dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan, sebaliknya HMI akan tampil ke depan menentang kekuasaan yang korup dan menyeleweng.

    Selaras dengan ungkapan Taufik Hidayat notaben nya politik merupakan instrumen penting dalam mengelola dan mengatur sebuah negara, tanpa politik tidak akan melahirkan dialektika dalam menuju perubahan sosial dan global, dan sebaik-baiknya politik adalah pemikiran yang ber perikemanusiaan.

Bagaimana HMI Hari Ini?

    Ibarat sebuah kapal besar yang berlayar mengarungi lautan zaman pelayaran, HMI yang telah melewati berbagai terpaan dan hiruk pikuk zaman, membuatnya seumpama hendak karam atau perlahan tergerus. Jika melihat kondisi yang dihadapi oleh HMI hari ini, kita dihadapkan pada posisi krisis intelektualitas dan bahkan dilematis, apalagi jika dihadapkan pada relasi ideologis antara HMI dan alumni, membaca HMI hari ini seperti membaca paradoksal khittah perjuangan HMI.

    Kompleksitas kondisi politik bangsa di zaman saat ini sepertinya masih relevan dengan apa yang menjadi kecemasan Cak Nur, HMI dalam realitas kerap menimbulkan kontroversi dalam interpretasi sebagai pabrik atau gudang melahirkan kader-kader yang oportunis dengan dan ego individualitis nya dan variabel gerakan-gerakan underbouw yang terstruktur. pun dalam skala politik nasional, afiliasi alumni alumni HMI dalam pemerintahan dan politik masih belum mencerminkan semangat perjuangan HMI.


Independensi

    Independensi atau kemandirian merupakan sebuah karakteristik lagi sifat yang dianut oleh ini sejak berdiri, mendiang para pendiri HMI khususnya Lafran Pane melihat berbagai faktor dan kecenderungan yang berpotensi menghalangi perjuangan hmi dan bahkan bisa meruntuhkan HMI.

    Sehingga lahirlah independensi seperti yang termaktub dalam AD/ART pasal 6: "HMI bersifat independen." Independensi ini sendiri terbagi menjadi dua, dalam tupoksi masing-masing yang saling berkorelasi dalam menentukan posisi HMI independensi Etis dan independensi Organisatoris.

    Independensi etis disandarkan pada pada prinsip ketidakberpihakan individu atau sikap objektif dan cenderung mengedepankan integritas, kejujuran, dan keadilan, independensi Etis seyogyanya berdinamika lewat ruang-ruang pemikiran yang analitis dan konstruktif dalam relasi hablum minallah dan hablum minan nas.

    Sedangkan independensi secara organisatoris ialah membaca persoalan ini pada kemandirian hmi dengan terus berpartisipasi dan menjalankan roda organisasi yang konstitusional. kemandirian HMI ini juga di afirmasi lewat upaya nya melepas dari keintimanya baik kepada instansi atau kelompok tertentu yang berpotensi menciptakan hegemoni politik yang tidak wajar. Tafsiran ini senantiasa terpolarisasi sebagai manifestasi kemandirian HMI yang terus dijaga dan dirawat sampai saat ini.

    Tulisan ini sedari dulu ingin saya umumkan dalam laman sosial media saya, hanya saja ada banyak kehawatiran dan pikiran yang menganggu saya untuk melepas tulisan ini untuk dikonsumsi secara berjamaah, Karna mengingat bahwa rasanya kita sedang hidup di masa Orde Baru. Dimana banyak sekali aktivis yang hilang bak ditelan bumi seperti Wiji Tukul, Marsinah yang diperkosa dan dibunuh dengan tragis, seperti Munir yang di racun, dan masih banyak lagi korban korban dari orde lama yang hilang tanpa pengusutan tuntas. Diferensial nya adalah hari ini kita tidak dibunuh secara langsung dengan senjata tajam, atau tidak diracun dengan sianida dan racun kimia lainya, atau bahkan diperkosa, namun yang di racun adalah keberanian kader untuk mengungkapkan sebuah fakta dan fenomena, yang dibunuh adalah mentalitas untuk menyuarakan ketidakadilan, dan karakter yang diperkosa agar tak dapat jabatan. Akhirnya kecemasan dan ketakutan kita untuk bersuara dibungkam dengan cara yang mereka boikot sebagai siasat elegan semacam itu. 

    Ternyata tidak hanya negara yang membatasi freedom of speech and expression namun HMI juga membatasi hal tersebut dengan cara yang tidak langsung kendati dalam setiap momen para pemangku kebijakan selalu berspekulasi bahwa mereka terbuka atas segenap kritikan, dan saran serta nasehat. Komperitas nya adalah negara membatasi hal tersebut di saat banyak sekali pemuda pemudi bangsa yang berbicara dalam berbagai aspek kemunduran kemunduran negara, dan kebijakan kebijakan yang dianalisis secara subjektif dengan argumentasi yang kuat melalui teknologi yang kian mengembang dan maju dikhawatirkan argumentasi tersebut akan memprovokasi atau menginfluasi khalayak ramai, sehingga membelah sosial dan paradigma masyarakat. Di HMI terjadi banyak penyimpangan konstitusional dan pengangkangan konstitusi namun tidak ada yang berani menyuarakan hal tersebut dengan lantang.

    Padahal kita bersepakat bahwa HMI dan khususnya Cabang Jambi hari ini sudah tidak lagi produktif dalam banyak aspek, terlihat dari hilangnya pengurus cabang, minimnya aktivitas dan kurangnya ketegasan cabang dalam menindak kader kader dan pengurus cabang yg menyimpang dan lalai akan tanggung jawabnya, dan Konfercab yang hanya dibuka dan hilang kabar, berujung pada kualitas dan kuantitas kader yang statis, beku, dan kaku.

    Kita sepakat para kader dan mereka menganggukkan dekadensi hal tersebut, namun mereka tidak berani untuk menyuarakannya. Apakah ketakutan untuk berbicara secara kontekstual dan faktual adalah Karna ini tahun politik sehingga banyak kepentingan 2024 dan kongres yang di gantung layaknya Gordon HMI sehingga imbalan dari itu adalah kita dititahkan untuk diam dan bungkam, atau Karna jabatan struktural HMI yang strategis, sehingga kita takut dianggap berbeda jalan Karna mengkritisi kebijakan atau tindakan cabang oleh Karnanya kita tidak akan mendapat kursi? Atau mungkin ada mufakat yang belum tunai sehingga siasat alternatif nya adalah dengan menunda konfercab sehingga ritme berlangsung lama? Jika konteksnya adalah penundaan maka setiap penundaan pasti ada perencanaan kejahatan, persengkongkolan, dan konstruksi kebohongan.

    Berdasarkan Pasal 27 angka 3 ART HMI, disebutkan bahwa Jabatan Pengurus Cabang adalah satu tahun sejak dikeluarkan SK oleh PB HMI. Pasal 31 huruf c ditegaskan, bahwa dalam satu periode kepengurusan Cabang tidak melaksanakan Konfercab selambat-lambatnya 18 bulan. Jika merujuk pada AD/ART HMI, maka sudah seharusnya dilaksanakan Konfercab karena Pengurus Cabang Jambi dilantik pada tanggal 25 Maret 2021, dan hari ini tanggal 06 Mei 2023 berarti terhitung 8 bulan kita menghadapi suasana Konfercab yang molor. Dalam Pleno 1 yang dihelat pada tanggal 22 Februari 2023 dengan tema: Evaluasi Organisasi memperteguh kebersamaan dan optimalisasi peran HMI. Ketua Umum HMI Cabang Jambi Berjanji akan Konfercab paling lambat 1 bulan yang terhitung dari pembukaan Pleno yang hanya sebatas 1, dan pembukaan Konfercab dihelat pada tanggal 13 April 2023, namun hingga hari ini tidak ada kabar berita terkait konfercab. Semestinya MPKC memberikan ketegasan berupa teguran pada kader yang terkait.

Imbas dari konfercab yang tidak memiliki kejelasan dan masa pengurus yang kian menua adalah:

1. Kematian Regenerasi

    Stagnasi siklus kepemimpinan dan kita terlalu ego pada diri sendiri sehingga mengorbankan proses dan kesempatan adik-adik kader HMI lainnya untuk berproses, sehingga yang terjadi hari ini adalah pengurus lama yang sudah kadaluarsa. Dengan itu mereka sudah tidak bergairah lagi untuk mengawal proses adik adik lainya, dan adik adik menunggu masa mereka untuk berproses dalam kepemimpinan. Bukan kah setiap orang ada masa nya, dan setiap masa ada orang nya. Konfercab menjadi penting karena HMI Cabang Jambi harus segera melakukan regenerasi. HMI tetap ada hingga saat ini karena regenerasi didalam tubuh HMI terus berjalan, jika konferensi Cabang sebagai musyawarah tertinggi ditunda, bisa-bisa tubuh HMI yang terkena Pandemi (Sakit) karena tubuhnya tidak segera di regenerasi. Maka dari itu Kader HMI Cabang Jambi harus berani bersikap secara objektif dalam melihat realita yang ada.

2. Pengangkangan konstitusional

    Dengan apapun alasan yang menyebabkan keterlambatan regenerasi tetaplah menjadi sebuah reputasi dan sejarah kelam pada mereka yang hidup di zaman tersebut, dan tentu nya kita sepakat bahwa tindakan tersebut adalah sebuah pengangkangan konstitusi dan jelas merugikan banyak aspek. Utama nya adalah kita menghina proses kongres dan keputusan mufakat yg di ambil dari beraneka gagasan terbaik dari kader kader HMI. Konfercab merupakan upaya bagi kita semua kader HMI Cabang Jambi khususnya untuk bersama-sama membuat perubahan yang konstruktif dalam tubuh organisasi sehingga dapat menjadi lebih baik lagi.

3. Hilangnya Minat Mahasiswa Untuk Berproses Di HMI

    Dengan masa jabatan yang tidak dibatasi berujung pada ketidaktertarikan mahasiswa pada HMI kendati hakikatnya HMI memang sudah lama tidak diminati, kita sepakat bahwa HMI dahulu mengapa digandrungi oleh banyak mahasiswa Karna HMI menawarkan banyak wadah proses yang membekali mahasiswa dan menunjang perkuliahan mereka, terlihat pada agenda diskusi, follow up, dan pembelajaran lain nya. Lalu mengapa akhir akhir ini semakin jelas hilang nya rutinitas tersebut Karna mengingat bahwa ketua umum komisariat sudah berasumsi jabatan mereka telah habis lalu untuk apa membuat kegiatan, serta kesibukan lain nya seperti panwascam, PPK, dll yang membuat kefokusan mereka terbelah.

    Sebenar nya masih banyak lagi dampak dan imbas dari ketidakkonsisten serta tanggung jawab HMI ketua umum HMI cabang Jambi dalam menghelat konfercab ke-40 ini.

    Tulisan ini bukan untuk menghakimi atau menyerang pribadi tertentu namun tulisan ini lahir dari keresahan, kejanggalan, yang dirasakan oleh banyak kader yang bertanya prihal konfercab, bahkan senior HMI pula mempertanyakan hal ini.  Merepresentasikan nelangsa tersebut untuk itu saya tuliskan ini, namun aneh nya mengapa ketua umum komisariat seperti tidak memiliki andil, bahkan tanggung jawab untuk mempertanyakan hal ini dan menuntut anomali ini.

    Jika memang Karna kritikan yang membuat kita terbunuh, teracun, diperkosa, bahkan diasingkan dari kerumunan Karna terlalu idealis atau hal lain nya, saya bisa apa? 

    Mohon maaf atas segenap narasi yang tidak berkenan, menyinggung, menyakiti, namun pada hakikat nya tidak ada niatan untuk menuju satu pihak atau ke pribadi.

Senin, 01 Mei 2023

KEBEBASAN BERFIKIR: TUHAN DAN SEKS ADALAH HAK ASASI MANUSIA


 

    Dahulu di masa orde baru saat seluruh percakapan, sikap, dan pikiran rakyat ditunggangi oleh dinasti kita terkungkung oleh kehendak kekuasaan, dari masa ke masa terjadi perubahan besar besaran baik dalam sistem perpolitikan bangsa, pengendalian ekonomi negara, dan sistem Demokrasinya. Saat itu kendati seluruh persoalan menghinggapi batang tubuh Indonesia namun tampaknya dalam Khazanah cerita masyarakat kala itu cukup cerdas dan berani menyuarakan. Kekuasaan yang otoriter tertikam oleh banyak suara, Para aktivis merangkai rencana dengan seduhan kopi dan sehelai rokok di tangan berdiam di pinggir jalan, hangat dalam diskusi diskusi. Lalu apakah hari ini masih seperti itu?  Hari ini saya hendak Membicarakan prihal pendidikan seks dan pembicaraan Tuhan. 2 hal ini adalah percakapan percakapan yang sangat sukar mencuat di dalam Diskusi diskusi khalayak ramai. Karna di asumsikan menjadi percakapan yang tabu, dan percakapan ini hanya diisi oleh mereka yang sudah berumur, atau yang sudah berkeluarga. Padahal Pendidikan seks atau percakapan tentang Tuhan itu tidak selalu berbicara yang bersifat intim, atau hal hal yang bersifat pornografi. Namun yang di maksud dengan pendidikan seks adalah saat kita mengenal bagaimana menjaga produktivitas dari reproduksi, atau merawat ovum, dan masih banyak lagi. Namun jika itu didengar oleh khalayak ramai dan ditempat umum maka kita di anggap manusia kotor, dan tidak berpendidikan. Sama hal nya saat kita berbicara prihal Tuhan jika persepsi kita tidak sesuai dengan persepsi pada lumrah nya maka kita di anggap sesat dan menyimpang. Padahal di dalakm al Quran banyak sekali yang membahas tentang dirinya dan jika di tilik dari tafsir misbah, Ibnu Katsir, dan tafsir lainya kita akan di bawa ke dalam Konsep yang berbeda di dalam Satu ayat yang sama, hadist pun banyak perawi perawi dan sanad sanad nya lalu mengapa kita menganggap mereka menyimpang saat mereka berbeda?, Dalam Al Quran ada 1 hal yang sangat rinci diulas padahal sifat dari al Quran adalah bayanul mujmal (ulasan yang umum) namun 1 hal ini sangat terperinci. Ia adalah tentang awal penciptaan manusia (bukankah ini prihal biologis atau kata populer nya adalah seks).


    Ini lah kelemahan negara kita, bangsa yang katanya sudah merdeka dan bertaut pada bineka tunggal ika namun risih saat berbeda. Lalu mengapa mengaku manusia pancasila? Sehingga dalam laman ini saya mencoba untuk mengulas habis habisan tentang pendidikan seks dan prihal Tuhan yang sampai hari ini sangat takut di bicarakan oleh masyarakat kita padahal yang kita bahas bukanlah prihal intim nya namun pendidikan nya dan pengetahuan di luar hal tersebut, membicarakan Tuhan pun kita gagap gempita karna khawatir di katakan menyimpang atau serang membuka agama baru. Hahaha... 


    Banyak lah membaca, tingkatkan penalaran saudara dengan menelan banyak buku dan mengekplorisasi wawasan wawasan lainya agar tak terkungkung di dalam tempurung agar bisa melihat sudut pandang yang berbeda namun dengan referensi yang mendukung. 


    Buku yang ditulis oleh eka kurniawan berjudul seperti dendam rindu harus dibayar tuntas. Buku ini mengisahkan tentang perseteruan prihal keluarga namun beraroma vulgar namun sangat sastrawi jadi kalimat sastrawi nya dalam diksi diksi biologis. Dan di buku ini dicekal saat publish di Indonesia namun sangat terkenal di luar negeri bukan karna di luar negeri liberal atau apalah namun diapresiasi karna tingkat sastrawi nya yang tinggi. Namun di cerca oleh masyarakat pribumi padahal itu karya terbaik persembahan anak bangsa yang menuai pujian dri internasional. Namun itu lah Indonesia. Kita selalu memvonis buruk sesuatu yang tak lumrah, namun sejatinya itu sangat positive untuk kita.

    fenomena ketakutan masyarakat berbicara prihal seks dan tuhan adalah suatu bentuk kemunduran berfikir abad ini, sehingga wajar saja segenap lapisan-lapisan yang ada di bangsa Indonesia kian merosot dalam berbagai aspek karna paradigma dan keyakinan yang tidak boleh diganggu padahal kita mengetahui bahwa tuhan maha asyik dan mungkin saja tuhan sedang tertawa bangga dengan pembahasan dam pemikiran jenaka dari hamba nya yang sedang membicarakanya.

AYAHKU BUKAN PEMBOHONG

    Sadarilah nak bahwa ilmu itu sebuah hal yang sangat mahal, namun mahal nya terbayar untuk kerasnya hidup mu kelak nak, tak apa hari ini engkau bersusah susah, berpayah payah, kerap menangis karena hal hal yang belum maksimal bapak tunaikan  pada engkau, tak mampu bapak belikan hal hal yang dikenakan, digunakan oleh teman sebaya mu, kadang engkau menginginkan semuanya namun engkau urungkan karna finansial kita, namun satu hal yang mesti engkau ingat bahwa semua kepedihan yang engkau jalani hari ini akan berdampak besar terhadap dunia mu nanti, akan membijaksanakan pemikiran pemikiran serta keputusan demi keputusan mu kelak nak, namun untuk keberlangsungan pendidikan dan pembelajaran mu kepala ini rela bapak tukar guna biaya pendidikan dan studi engkau nak, bapak dan mamak sayang dan berharap engkau bahagia dengan kesederhanaan mu nak, engkau selalu membanggakan di mata kami nak sampai kapanpun nanti.

    Hari ini bapak tidak pernah khawatir ataupun cemas dengan keputusan keputusan engkau nak, jadilah pengganti kami yang hebat untuk adik adik mu nak, ingat bahwa pendidikan harga mati dalam budaya keluarga kita nak. Biarlah engkau tak beruang, biarlah makan mu sarat, biarlah rumah berdinding papan, namun adik adikmu dan anak anak mu mesti jauh dan terjamah tinggi pendidikan nya.


    Dan satu hal lagi yang mesti engkau camkan, bahwa pendidikan mu, paradigma pemikiran mu, cita cita mu, dan martabat mu mesti jauh lebih hebat dari bapak nak, dan adik adik mu dan anak anak mu kelak mesti jauh lebih baik dan hebat dari engkau nak. Bapak titip prinsip ini dan keluarga kita nanti saat bapak sudah tak mampu menatap dunia, dan sudah tergulung tanah nak.


    Orang lain sedang tidak mengetahui akan impian yang sedang pula engkau bangun nak, tentang usaha yang rutin engkau lakukan, sehingga sesuatu yang lumrah dan sudah bertranformasi lazim jika banyak orang yang akan menyalahi, menuding, berkomentar miring, atau berprasangka apapun akan kebiasaan mu yang tak biasa di mata mereka. Karna sekali lagi hanya kamu yang tau dan paham maksud dari apa yang sedang kamu lakukan hari ini, dan kemana arah nya, kamu tdk perlu menjelaskan apa-apa, karna mimpimu itu milikmu, menolehlah karna suara sekitar tapi jangan berbalik badan. kamu sudah sejauh ini, jangan berhenti nak.

     Nak bapak percaya engkau orang yang istimewa di masa depan.bapak dan mamak melihat bagaimana kerasnya mimpimu nak,akar optimisme menjalar jalar hingga sampai pada kami nak,engkau masih ingat nak orang orang yang pernah membantu mu? Dan apakah engkau masih ingat nak orang orang yang pernah menghardikmu? Hadiahi mereka kesuksesan mu nak. Bermimpilah setinggi tinggi nya nak, carilah ilmu sejauh jauh nya nak, temukan mimpi mu dan buru pencapaian mu nak. Engkau harus menunda kesenangan di massa ini nak, waktu nya engkau belajar dan belajar nak"(terdengar gemerutuk gigi bapak ku pertanda puncak semangat). Dan ia berlalu menahan tangis dan aku terpaku. •saat itu ia berbicara dengan bahasa bungo yang kental dan ini adalah beberapa bait kalimat yang sudah kuramu menjadi bahasa yang mudah untuk Dicerna.

APRIL GANJIL DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG JANGGAL

 

    Zaman ini adalah zaman sinting,di mana negara membunuh rakyat tidak lagi dengan senjata namun cukup dengan aturan. Genosida tak perlu pembantaian,cukup dengan penindasan dan pemasungan hak maka rakyat perlahan mati di atas penginjakan. Dahulu bapak bangsa, sang proklamator mengisyaratkan penjajahan di hari nanti prihal penindasan yang bukan terang-terangan dari asing namun berasal dari bangsa sendiri dan saat ini terbukti dari ramalan orang yg sudah mati.  Pembungkaman kaum pribumi mengingatkan kita memori kelam tentang persengkongkolan, dimana penjajah semakin kokoh sebab hati nurani pribumi berhasil di rupiahkan oleh rentenir-rentenir yg bersembunyi dengan narasi narasi untuk rakyat karna lahir dari rakyat namun mereka bersorak atas berbagai pencapaian namun dengan pembunuhan. 


    Entah dasar rupiah ataukah nasionalisme yang di bumi hanguskan, pembantaian atas sila kemanusiaan dibela mati-matian hingga nalar di pertanyankan. Taring helder para wakil perkosa kepentingan rakyat tak representatif menggonggong kebijakan yang bertentangan malah ikut ikutan berselingkuh dengan kepentingan demi langgeng jabatan dan kekuasaan.  Indonesia membara mata Pertiwi memerah, air mata rakyat kecil kian berdarah, perpecahan tak berarah. Rakyat di adu domba dengan aparat yang dibutakan antara perintah dan nurani hingga bertindak serba salah, arogansi aparat bertingkah preman bersembunyi di balik kewenangan.

    Kita rindu hogeng seorang polisi sederhana berhati rakyat menyatu abadi dengan cinta dan rasa. Pak hari ini aparat setelah dengan senjata ia pukuli suara kami, mereka tak sadar bahwa kami dan mereka sedang dialatkan penguasa lalu diadu domba lewat kebijakan. Bersuka ria dengan senyum bermisi, bersenda gurau dengan pembodohan bervisi, rakyat adalah tuan penggaji, serasa haram digubris aspirasi. tumpul ke atas tajam kebawah serempak wafatkan Demokrasi. Timur hormati pertiwi, kemiskinan yang justru dialami.Kritik sebagai sarana kontrol justru pembungkaman yg di prakarsai. Mahasiswa turun untuk sampaikan kepedihan rakyat saat ini lalu mengapa di buru jeruji dan represi. Rakyat berdemonstrasi menuntut hak yang lumpuh di amputasi, petinggi sibuk berdrama berpura kaget dalam fiksi dan fantasi,hingga mati dalam diksi sendiri. 


    Suara hati rintihan rakyat dibalas serangan rudal agresi, lantas demonstrasi dihadiahi represi. Ketimpangan dan ketidakadilan penegak tak kunjung temui basi, kenapa aturan diukir setajam amunisi pelindung duri autokrasi. pemimpin lupa diri penderitaan anak negeri dibalas pangku kaki. Lidah rakyat sebagai kontrol namun petinggi belakangi segala kritisi, jika berjalan di atas kebenaran maka kritik tak harus di basmi.

 
    Heiii ! Coba bangun rakyat tak lagi punya siapa siapa, anak anak negeri silih berganti dengan lantang teriakan aspirasi keresahan, lantas kenapa tiap suara jatuh ke tanah ? Pernahkah negara mendengar tangisan rakyat kecil yang merintih terang-terangan meminta belas kasih. puluhan tahun tak mampu setarakan kesejahteraan.kenapa rakyat seakan dipasung kaki dan tangan sehingga ambruk harapan.

 
    Hei! Rakyat tak lagi berpayung tak lagi punya siapa siapa lantas dimana pengayom? Organ dan aturan dibuat untuk binasakan bahkan tegakan keadilan menginjak rakyat seperti babu.  Perayaan dan ceremoni peringatan rutin setiap tahun dilakukan namun hilang esensi selayaknya dongeng tabu tanpa aplikasi dengan beraneka ragam manisan, penghargaan pada founding fathers hanya sebatas ucapan sebagai bangsa yang katanya besar namun tak lebih sebagai slogan. rakyat tak kunjung dapat kesejahteraan justru ketimpangan lalu keindahan hanya dinikmati oleh sebagian golongan.


    Pemerintahan tidak mau dikritisi,sampai sampai perkuliahan dipolitisir. mahasiswanya aksi dosen nya nyinyir sana sini.lalu kami merdeka jalur mana lagi ? semua akses Demokrasi dikacungi, apa guna ceramah syahdu seorang sarjana, seorang doktor,sampai seorang profesor dalam ruang kelas. Apabila kami dibangunkan tebing untuk mengaplikasikan ilmu.kami ini bukan hanya sekedar kebanggaan orang tua bisa menjadi seorang mahasiswa. Akan tetapi menjadi harapan besar bagi para rakyat yang terlupa. sesuatu yg diobral biasanya murah hanya obral janji pak presiden yang dirasa mahal sebab ia harus dibayar nurani. tidak perlu membawa latar belakang organisasi, kami masih waras prihal ketimpangan ini. Para wakil rakyat menyusun strategi, kami akan mengkaji. tugas kita bukan hanya bagaimana mengawasi Demokrasi tapi menguji Demokrasi yg baru lahir dari pemimpin terkini.jika tidak sesuai kami akan melerai. 

    Setelah terjadi kedunguan negeri yang tercermin dari kebijakan negara maka segenap politisi segera rapat paripurna dan melakukan transaksi untuk pengalihan isu agar rakyat lupa kesalahan pertama.ini kebiasaan negeri dari manifestasi kegagalan negeri dari keburukan hati yang tak menggunakan nurani. Jangan engkau seru terlalu lantang namamu sebagai mahasiswa dan pemuda atau bahkan engkau tempelkan dengan kata aktivis luar biasa jika hari hari mu hanya mencari panggung untuk dihormati dan elektabilitas diri. Engkau bukan aktivis engkau hanya seorang pengemis yang mengais tangis.

    Saya tidak pernah membenci pemerintah atau bahkan negara, saya hanya membenci kebodohan mereka yang mengesahkan Undang Undang Cipta Kerja lalu Menaikan Harga BBM lalu hari ini mengusung untuk Masa Jabatan Jokowi 3 Periode tanpa timbang  sehingga imbas dari ini semua adalah rakyat menjadi sengsara. di antara kata rakyat tersebut ada orang tua lita, sanak famili kita, keluarga kita, yang menjadi sengsara.

    Kalaulah Rakyat sengsara itu tanda nya kita wajib bunyikan tanda bahaya, dengan aksi masa juga dengan kata-kata, Ingat ! Kita adalah angkatan berbahaya yang akan memberi pelajaran pada penguasa. ujung tombak demokrasi itu bernama mahasiswa, dan engkaulah penyambung lidah rakyat ygang sesungguh nya.

MERACAU DALAM RISAU

 

Sepenggal kisah kekasih yg terawat namun terlewat, terbina dalam doa, tapi terbuang karna syarat. adakah yang lebih sesak dari melawan kata hati, pernah berlari, mencari namun akhirnya sembunyi karna mungkin Tuhan akan mengganti. taMpi hati adalah hati, memilih tanpa memilah, mencinta meski diludah, begitulah sejatinya. kisah kekasih dan doa doa pengharapan tak peduli kalah atau menang, dirangkul atau terbuang, percayalah bukan lelaki namanya menyerah karna berdarah. wajah kau dan kenangan kuletakan diantara kasih dan sayang. engkau tentang menentang arah arang melintang dan aku adalah usang yang terbuang. namun tak apa karna kupercaya luar biasa hanya mampu ditekuni oleh jiwa yang sabar untuk mereka yang jiwanya telah bersinar yang mengerti tak sekedar mendengar atau tau tak sekedar membaca dalam sadar.

    Ini untuk hati yg berulang kali patah dan telah belajar menekuni tabah dalam sadar kepada sabar. cinta yang terpenggal oleh sepenggal kisah tunggal dan cinta dalam sesal. namun inilah cinta dan dunia. cinta yang mengakar akan membawa sipemiliknya menjadi pengidap skizofrenia. salah satu penyakit kronis yang ironis. penyakit gangguan jiwa berat berupa hilangnya kontak dengan kenyataan, sulit membedakan hal yang nyata dan tidak. mereka yang mengidap skizofrenia memiliki gejala 4A, Asosiasi, Afek, Ambivalensi, dan Autisme (cari sendiri ya definisi 4 hal tersebut).

Pernahkah engkau tersiksa oleh halusinasi dan abai akan realita. engkau tak percaya bahwa ia yang engkau cinta sudah tiada dan tidak kembali selamanya. sudah hilang dari tanganmu namun hidupmu terpisah oleh space antara rasa dan ia yg masih ada. semenjak terakhir engkau melihat wajahnya dan cinta yg tumbuh besar berskala, semenjak itu pula engkau seorang skizofrenia. seseorang yang tak mampu membedakan halusinasi dan takdir nyata bahwa ia sudah bahagia dengan orang lain yang berupa. dan aku menunggu dalam ruang tanya dan tersiksa oleh halusinasi yang percaya bahwa engkau masih ada namun nyata nya sudah hilang sirna. aku menikmati skizofrenia karna dalam halusinasi yang berbisik engkau masih ada aku bahagia. aku tak ingin datang dalam dunia nyata.  

 Semua manusia itu pembohong.mengapa ? karna terkadang hasrat dan pikiran mereka tidak memiliki singkronisasi dengan hati,kerap keputusan lahir dari keinginan orang lain, kadang rasionalitas mengalahkan dignitas, lumrah kadang mulut tertawa namun hati kecewa, kadang senyum melebar sedangkan hati tertampar. lalu apakah itu definisi manusia sesungguhnya ? hati menjadi korban tikaman keegoisan. hati berselang oleh amarah yang meradang, padahal hati punya kendali atas kebenaran.manusia pada umumnya mulut selalu menjawab tidak tatkala hati berkata iya dalam ronta ronta. engkau habiskan waktu untuk mempertahankan amarah dengan mengingat kesalahan, lalu engkau simpul dengan keegoisan padahal hati dalam tangisan.taukah engkau kebahagiaan atas keegoisan dan kemarahan untuk sebuah keputusan hanya berlangsung sesaat namun  itu pelampiasan bukan hati sebagai alasan. engkau benarkan pikiran dengan mengubur hati dinding kebenaran. 

    Sampai kapan engkau akan menyiksa hati dan memenjarakan kebenaran ? sampaikan engkau benarkan pikiran ? kebahagiaan bukan saat engkau mampu membalas dendam dengan kejahatan atau keburukan, kebahagiaan bukanlah saat engkau melihat ia tertindih oleh penyesalan. hakikat manusia kontemporer adalah berasumsi bahwa memaafkan kesalahan besar adalah sebuah aib yang sangat memalukan, padahal mungkin saja engkau akan menjadi yang terbaik jika sebentar saja membuka maaf dan memberikan kesempatan. pernahkah kita memejamkan mata saat amarah membuncah, hati dan pikiran didominasi oleh kesalahan, lalu kita memikirkan kebaikan nya, dan mulai meraba hati seraya bertanya ? lumrahnya mereka yang ditinggalkan dan berlalu tanpa maaf memiliki 2 sinopsis masa depan.

1. ia akan menjadi lebih buruk dan buas karna penyesalan tanpa maaf berimbas pada keputusan untuk menjadi lebih buruk lagi dengan menyiksa diri dan mengubur mimpi.

2. mereka akan mengubah tamparan dengan tempaan, mengubah sakit dengan bangkit, mengubah pilu dengan maju. Namun hipotesa kedua ada kata tunggu. ia yg benar benar mencintaimu akan menunggu kendati engkau tak tau.


Tatapan kosong, nafas yang tersengal di penghujung lorong, memangku kaki dan bersandar di dinding asa yang terguncang, namun rindu dan cinta bersemayam engkau larang. kutelusuri aroma tanah bercampur air mata dari rindu dan cinta menghantarkan ku pada sebuah kota yang indah dengan bangunan menjulang namun mendekap debu yang usang, Kota itu bernama ingatan yg hilang, Dalam kota tersebut aku berteriak sekencang kencang namun hanya mulut yang terbuka tanpa suara. Penyesalan, dendam, amarah, kepahitan, hasrat, berlalu lalang di depan ku namun saat ku sentuh pundak salah satunya mereka bertanya tanya karna hanya mulut terbuka tanpa terdengar suara. 

Dalam potongan potongan tidurku, hanya rindu dan cinta kupanggil lirih dalam nelangsa, namun percuma. Rindu dan cinta sudah engkau semayamkan dalam amarah yang mencekam. Dalam tatapan terakhirpun tak engkau berikan cinta dan rindu yang dalam. rindu siapa yang engkau paksa menyala ? sedangkan ia tlah memiliki seseorang sebagai tempat pulang. sampai kapan cintamu ditelan oleh kabut malam. Ada yang ingin kuulang dan itu bukan kamu dan kenangan namun hanya waktu dan maaf yang panjang

 

MATINYA DEMOKRASI KAMPUS: Kampus adalah Sarang Mahasiswa Ber-IQ Jongkok dengan Literasi Kronis

 


        Prahara argumen baku menjadi kolase parameter sebuah kehidupan,ketika paksaan menitik beratkan pada paragon yang bermuara dalam aturan,konon kini termaktub dalam naskah leksikon yang dipaksa untuk berjalan sejalan. lajur padu karya terkungkung pada selongsong dimensi akreditasi,menghambat melisi yg terus berambisi,hingga udara tak pernah lagi bebas dihirup.sejak selangkang dasi menutup diri pada setiap ekspresi.pada semesta yang kupijak,niatkan nyali menyala dalam setiap diri.untuk menyudahi kelakar tentang Demokrasi.dan sejarah kan menjadi saksi bahwa hari ini kebebasan lahir kembali.kutuliskan narasi ini sebagai penghormatan lahirnya ekspansi norma pesakitan yang dianggap amunisi.kreasi yang dianggap basi,ekspresi yang dianggap ilusi.namun norma yang engkau cipta tak pernah sedikitpun kuanggap sebagai ilusi.

Jika hanya harap penghormatan dan disambut dengan tubuh yang menunduk saat bertemu,jika hanya harap pujian dan nyanyian syahdu dari orang lain namun nyatanya engkau tidak berdampak lalu apa yang engkau bangga? untuk siapa? untuk mereka yang ingin sekali dihormati padahal tak paham konsepsi demokrasi,untuk mereka yang bertanding dikandang sendiri dan satu darah daging.untuk mereka yang menutup ruang ruang intelektual,untuk siapa? Untuk mereka yang bangga menjadi pimpinan namun berlaga dalam satu warna.lihatlah dan komperisasikan sendiri demokrasi, progresi,produktivitas pemikiran, pencapaian komunal hari ini atau dahulu? Lihat karna engkau banyak mahasiswa yang hilang mimpinya dan teralihkan pada pemikiran dangkal dan takut dalam balutan pluralisasi.apakah engkau buka ruang ruang dialog dan dialek? Banyak persengkokolan berdalih kesejahteraan padahal pembunuhan.

Berbicara tentang kemajuan sebuah negara maka rasanya perlu kita menelisik lebih dalam prihal pendidikan yang tidak jauh terkait Sekolah yang kini kehilangan maknanya sebagai wahana pendewasaan,bagi seluruh penghuni didalamnya dan otoritas otoritas yang bersinggungan dengan keberadaanya. Apa bedanya sekolah dan penjara jika ruang ruang kelas bagi siswa lebih mirip kerangkeng kerangkeng,bak pintu yang tertutup ketika pelajaran berlangsung sehingga siswa kehilangan cakrawala optik alternatif,bangku bangku memaku tubuh para siswa supaya tidak sedikitpun bergerak,dan tentu saja para guru seperti sopir penjara, marah jika dikritik,menolak jika ada usulan,membentak jika ada kesalahan, bahkan memukul ketika ada yang dirasanya pantas dipukul. kita patut mengkhawatirkan keadaan semacam ini, kita  juga layak merenungkan.

Mata pelajaran disesakan ke otak para siswa, kesadaran untuk maju menggunakan pola keresahan,ancaman,dan hukuman oleh guru. Akibatnya para siswa berangkat kesekolah dengan hati yang gundah dan beban resah. Kultur pendidikan kita berlangsung semacam ini dan ini yang kita sebut dengan masa depan, ini adalah pedagogi hitam. Antropologi kampus dan tipologi mahasiswa adalah kambing yang terseret oleh rantai yang melingkar dileher. kita diciptakan menjadi budak pendidikan pelopor kemajuan, kita termonopoli oleh kekejaman dan kita lupa menjadi manusia sesungguhnya.

 Selalu ada dua sisi yang disediakan Tuhan dalam realitas dan itu semua adalah pilihan. termasuk kegagalan dan kemenangan. apalah arti sebuah kemenangan jika bertaut didalamnya sebuah kelicikan, apalah arti sebuah kemenangan jika berkomposisi kebohongan, apalah arti sebuah kemenangan jika diraih dengan menjatuhkan, apalah arti sebuah kemenangan jika didapat tanpa lawan dan tandingan. kontestrasi akan lebih mengasyikan jika terdapat banyak lawan sehingga kita berlomba dlm kebaikan tanpa menggulingkan.pikiran dikuras untuk mencari siasat untuk menang. semua calon sudah mempersiapkan diri untuk kontestrasi hari ini.

Mereka membaca, berdiskusi, berlatih dalam retorika, menyelami permasalahan yang ada sebagai rujukan evaluasi agar tempat tersebut mengalami perkembangan intelektual. berusaha membedah setiap polemik yang tak terselesaikan oleh pemimpin terdahulu. para calonpun akan berusaha hidup berdampingan dengan rakyatnya dalam keihklasan, serta rakyat akan merasakan perkembangan yang signifikan serta menemukan banyak pilihan yang baik yang bermuara dari ketulusan, yang tidak hanya berlaku usai kontestrasi. Coba kita bayangkan jika ini yang terjadi di tempat tersebut dengan tipologi pemimpin & konsep politik seperti ini, betapa hangatnya kita berdemokrasi, betapa berkembangnya penalaran dan pikiran rakyat. betapa merdekanya kita sebagai mahasiswa.lalu coba kita berandai andai dalam narasi sebaliknya.

Sebuah kampus yang megah hanya menyediakan satu kontestan dalam kontestrasi raya? apa hebatnya menang tanpa tandingan atau lawan, apa hebatnya menjadi hebat di tengah tengah orang hebat? apa hebatnya Demokrasi satu kelompok? bahkan informasi tidak trasparan dan dikemukakan seta dipublikasikan secara masif ajaib nya setelah terpilih barulah berbondong-bondong mempublikasikan ke khalayak ramai. 

BIASANYA MEREKA YANG INGIN MENGGULINGKAN LAWAN ATAU TIDAK INGIN MEMILIKI TANDINGAN ADALAH MEREKA YANG TIDAK BERKEMAMPUAN, ADALAH MEREKA YANG SUDAH CEMAS AKAN KEKALAHAN,DAN MEREKA DALAM ISYARAT MENGAKUI KEHEBATAN LAWAN YANG HENDAK DIGULINGKAN! Heiii Bung! Jangan terlalu bangga dengan kehormatan jabatan karna jabatan tersebut adalah jabatan tanpa tandingan, posisi yg diraih tanpa lawan. secara akal sehat, jika kita mengakui kelemahan & sadar akan kehebatan lawan maka kita akan belajar agar sejajar dalam pengetahuan & kita akan berkembang.karna kita akan mempersiapkan.ini hakikat dari kemenangan ! 

 





SEBUAH EPILOG RASA DENGAN PROLOG LARA

    Malam itu aku dicumbu oleh hujan yang dimulai rintik perlahan dengan senja dalam mendung yang menggumpal kelam. dunia tak ramai namun angin lirih gemulai membawa dingin lambai melambai dan aku terkurung dalam ilusi yang tak usai. sekitarku tak ramai namun mengapa rinduku yang tumbuh permai. aku ingin menggigil namun mengapa namamu dan rindu yang terpanggil. aku menemui hujan agar keluhku dibasuh oleh utuh, rintiknya menyibak hati yg terbunuh. engkau tak lekang hanya hariku yang gersang, rindu dan hujan kupeluk dalam kejauhan, wajahmu kubawa perlahan di jalan penantian. tak berapa jauh dari tempat aku berdiri adalah tempat dimana kita menikmati lembayung senja dengan tawa, dan menghabiskan nasi dan lauk yang engkau bawa seraya menghabiskanya berdua. 

Ingatkah kau saat itu kita tak beranjak sebelum senja tenggelam dan ia menatap ke arah kita lalu merekam. sore ini aku kembali di tempat yang sama tanpa senja merah jingga, tanpa sinar runtuh menerpa danaunya namun masih tersisa kita berdua dalam kenangan dan bayang yang tak sempurna. kapan kita bisa makan berdua dengan masakan yang engkau bawa dan tempat yang sederhana seperti kebiasaan kita yg telah menjelma lupa. apa kabar wanita sederhana yg usil mu membawa tawa ? nyatanya rasaku masih sama. kutuliskan kamu dan aku seolah cerita fiksi guna tak ada luka dan penantian yang terlihat nyata,walau semua benar adanya. apakah ada kamu dan aku dalam dunia nyata? Kugantung dalam tanya walau mesti menunggu lama aku masih sama, mencintai wanita sederhana dengan membawa masakanya yang terasa sempurna duduk berdua.


Aku lupa kapan terakhir engkau tersenyum mengarahkanya pada mataku, aku lupa kapan terakhir engkau berucap rindu saat kita sedang berdua, mungkin karna kita terlampau lama dalam kejauhan, terlampau lama menimang-nimang kekesalan, dan memikul rindu tak berkesudahan serta amarah dalam lisan. perpisahan ternyata menyapa begitu saja menghapus jejak tanpa tunggu dalam kata, seketika aku percaya bahwa kehidupan aku dan kamu dalam rasa hanya sekumpulan mengapa, mengapa, dan mengapa. Tahukah kau aku punya banyak cerita yang pasti ingin kau dengar, tentang rumah kecil sederhana yang berisi tawa kita di dalamnya dan kini aku menyadari bahwa kesempatan sempurna tertelan.tak bisakah engkau menyebut berapa purnama lagi aku harus menunggu dalam bingkai ragu dan rasa belenggu cintamu yang semu ? Dalam ruang tunggu kucuri senyumu dan kubawa ke dalam potongan potongan mimpiku, dan rindu terekat dalam hati, kau kucintai. 

ketika nanti cahaya dalam perjalanan ku padam bersama dengan setiap jumawa rindu, usaplah doa lama yang tersimpan dalam lampu yang kita percayai ajaib, meskipun kini kadang raib menjelma diamnya dalam Magrib, berharap tertib dalam gerak, mengimani yang nyata maupun yang gaib. aku percaya hidup berjalan sesuai anonim pola karna seusai ditempa dari beberapa panas kehendak aku semakin bermandikan percaya bahwa yang buruk adalah bagian murni dari setengah diri. 

kita adalah sepasang mata yang tak bosan saling memandang dengan sejuta percakapan gila didalam tawa. itulah alasan aku tak menaruh doa dilangit hanya nyaring di bawah tanah, semedi sambil pegang kemudi harap takdir pulang ke asal.rumah,hati, dan mitos mencari puing puing rusuk hawa. 

akhir melengkung indah tatap titik tiba indah matanya, semesta kupeluk atas nama cinta tanpa kata kata, rasa, dan rahasia, kau adalah kepunyaanku dalam sastra.bila ada yang datang menawarkan hati, berjanji puitis nyaman yakinlah anyaman ini lebih berharga dari harga mereka berprasangka. kita adalah kata yang dipercaya saling menggenapi,memayungi luka,memetik angin untuk badai badai nanti. sumpah aku mencintai tiap sifat dalam DNA mu. kita tidak tau esok apa yang terjadi maka rantaulah ke batinku selama engkau masih tersenyum duniaku baik baik saja.
 

SECARIK SURAT BERISI TAHUN KEHILANGAN DAN JEJAK PERJUANGAN

 

Jika surat ini telah sampai padamu,tak baik menunda untuk membacanya.sebab setiap kata dalam surat ini tak berumur panjang kekasih. tidak seperti puisi meski berumur lama ia pun tak abadi.tak ada makna dalam surat ini,kau hanya menemukan gumaman gumaman tentang rinduku padamu. Surat ini boleh kau baca berulang kali supaya kau temukan baraneka arti. setiap kata dalam surat ini, seperti jejak yang menuju sunyi. sendirian katamu ? aku merasa tak punya teman Kisah terhenti ditaklukan oleh jarak, harapan bak bangunan yg dirobohkan. 


Lalu setiap puing dari reruntuhan itulah yang kupunguti, kutulis menjadi kata yang kau baca. Sejak pertama jumpa, nama adalah hal pertama yang ingin kuketahui, lantas yang tidak juga tuntas ialah pertanyaan mengapa kita saling merasa mengenal sejak lama. kehampaan datang menyelimuti pertemuan, sunyi menjelma gaduh yang tak henti, sedangkan rindu menguasai percakapan sunyi. 


Sejak mengenal dirimu aku tak mengenal diriku surat ini kutulis untuk kau baca. siapa tahu dengan membaca surat ini kau temukan jejak jejak masa lalu: jejak seorang pemuda dengan seribu kekurangan dlm dirinya.yg dgn penuh harap seribu kekurangan itu akan engkau lengkapi dgn kelebihanmu.namun sekarang aku tak pandai menahan keluh kesah jika kau tiada, dihadapan masa lalu aku menyerah. Wajahmu menyatu dalam doa yang kuuntai terbawa malam ke langit kelam terdengar tuhan. semoga engkau dipayungi kebaikan dan dilindungi oleh Tuhan menjelang Tuhan mempertemukan.

 
Akhirnya, semoga kau baik baik saja kekasih.lewat surat cinta ini kutanamkan benih rindu sejak kau bilang kita tak dapat bersatu dan rindu itu kini telah lahir menjadi setiap kata dlm surat ini.rawatlah sebaik mungkin,sebaik yang kau mampu.sebab setiap kenangan akan hilang ditelan waktu.


Tahun yang lama segera berlalu, tahun baru menjelang, apalagi yang belum kusampaikan kepadamu rasanya sudah paripurna lengkapnya ,tapi ku semakin yakin tak satupun isyarat ini yang dapat kau baca dan terima, semoga kayakinanku ini keliru. kau adalah lambaian jumpa seraya berakhir tiada.selama jumpa pula hingga tiada aku bertanya kesedihan seperti apa yang dirasakan sehelai daun ketika tanggal dari rantingnya ? dalam hati sabda rindu, marah tak terjamah, menanti tanpa tepi, dan jarak yang beriak,aku harus apa ? 

Dlm bayang yang kerap kukenang & tak sudah-sudahnya kuterangkan bahwa kau adalah agama yang sedang kusembah berharap tolong memohon dikasihani, diujung jalan nestapa kini aku berdiri meronta kau kembali. ibadahku adalah tangis yg terisak-isak, zikirku namamu dalam detakan nadi yang berdetak,wajahmu sujud panjang di tengah lengang, ternyata hidup adalah menimbun ingatan,merayakan yang ada dengan yang tak ada, aku berdansa dengan alunan seriosa di panggung asa kau dalam bayang lara, dengan mata memejam kulihat kau lantang, diwajahmu teruntai bulan bersembunyi dibalik senyuman dalam diam kau kelam yang mencekam kususuri kehilangan, atau Kita hanya berjarak 1 hasta bertatap muka dan terbelah oleh jalan raya. jalan raya yang ramai oleh kendaraan yang tak kuketahui siapa,namun percayalah dalam keramaian kan tiba masa lengang dan aku kan datang, yang kuyakini engkau tidak pergi malainkan kita hanya berjarak menunggu waktu.

Surat ini ditulis bukan tuk mencelakakanmu atau bait doa dari neraka, apalagi menganggu hidupmu yang terbenam bahagia bersamanya. kau bukan Pablo Neruda dengan puisi cinta,atau tersohor layaknya Kahlil Gibran sang pujangga di mata dunia,namun kau adalah rindu yg sederhana dalam tumpukan ingatan memaksa dahaga. Aku memang gagal membahagikanmu di dunia nyata namun setidaknya aku memujamu dlm sastra yg kucipta dan kau hidup selamanya kendati takdir tak bersua. 

taukah engkau dalam tahun ini ada banyak kesedihan, kemelaratan, tawa canda dan jika ditumpuk maka tahun ini bernama kehilangan dan perjuangan. kehilangan kau dan perjuanganku dalam asa serta tidak percaya. panjang cerita memohon kau kembali namun rasanya Lebih baik menahan luka yang panjang dan menangis dalam keikhlasan dan kau adalah ketidaktahuan.

KISAH YANG MASIH DAN KITA YANG USAI

 

 

Berawal dari murung lalu terkungkung lantas terkurung dalam lembah penuh belatung, kata yang tak bermakna membuat langkah terpasung dan aku mematung dalam rindu yang berkarung, berusaha melepas wajahmu hampir mati aku bertarung. secerik senyumu yang langka namun kenangan mengapa berganda ? ditengah hutan belantara aku tersasar memanggil diri yang tak lagi kukenali, sisa malam, serpihan pagi, dan senja yang tak berwujud lagi, oh jiwa yang pergi tolonglah kembali.lihatlah aku yang menari tanpa bumi, bernyanyi tanpa bunyi didekap hangat tubuh sunyi berselimut sendiri, mencintaimu adalah mati tanpa kehilangan denyut nadi. 

Mengapa tak engkau kasihani diri ini guna sekejap bersua disini. dalam pengap lelah suaraku mencabik isi langit meronta memikul tanya "tuhaaaaannnnn jika cintaku pada layla terlarang,mengapa kau bangun megah perasaan ini dalam sukmaku yg malang?"

Kau yg takut pada langit yang hitam legam, bertalu suara halilintar, dan suara anjing yang mengonggong tengah malam sontak membawamu menggigil namaku. layla hanya ada dua tempat bertanya pertama Tuhan & kedua hati dari hidup sampai mati, jangan kau bayang tanya pada kesalahanku yang lama. selamanya kau adalah sinonim dari rindu yang kurasa setiap hari menjelma. setelah hari kepergian ke sinilah kasih, aku ingin menghabiskan waktu berbicara tentang harapku penantian, sebab tubuh tak mampu lagi menopang kesedihan dan berlayar seharian. pergantian musim serta tahun Mengingatkanku pada indahnya kenangan sendirian kurayakan.tubuhmu berjarak sekat kupandangi lekat lekat mengikat pekat lalu tersesat terguncang dengan habat jantung ku berdetak lambat. dalam matamu yg bulat puncak rinduku tersemat lalu kalah tersengat, apakah takdir kisah ini telah lama tamat ? apakah kita sudah menjadi antonim kata yang tak mungkin melahirkan takdir bersama ? engkau tertawa di dunia barumu sedang aku tersiksa dalam penantian lama, oh baginikah rasanya cinta seutuh jiwa ? aku berupaya membunuh takdir yg sedang tak kukehendaki namun apalah daya Setiap jalan untuk menghindari takdir adalah jalan menuju takdir itu sendiri. Takdir menghukumku mencintai satu manusia yang direkayasa jarak, waktu, temu, ruang dan tunggu.

Bila kita mencintai seseorang ia tak akan pernah mati, ia hanya berganti bentuk, menjadi kenangan, menjadi semangat, atau menjadi kebijaksanaan. Mungkin yang harus dilakukan bukan lah belajar hidup tanpa orang yg meninggalkan kita namun belajar hidup dengan cinta yg mereka tinggalkan".

Umar Bin Khattab berkata -Apa yg melewatkan ku tidak akan pernah menjadi takdirku dan apa yg di takdirkan untuk ku tidak akan pernah melewatkan ku-
Sujiwo Tejo secara eksplisit berujar -Setiap jalan untuk menghindari Takdir  adalah jalan menuju Takdir itu sendiri-

Fokus lah untuk memperbaiki diri dan terus mengembangkan potensi karna cinta yg pantas dengan pertemuan yang membekas tercipta dari sutradara semesta untuk pelakon berkualitas.

Alkisah seseorang yang terdampar di sebuah pulau yang jauh dari keramaian dengan kapal yg hancur tak bersisa singkat nya ia tidak bisa meminta pertolongan dan pulang, akhirnya dalam beberapa lama ia tinggal di pulau tersebut dengan memakan yang ada di alam seadanya lalu membuat pondokan kecil guna terhindar dari terik dan hujan. Akhirnya keputusasaan menghampiri dengan amarah yg buncah ia membakar pondokan tersebut serta teriak memaki Tuhan. Namun asap yang kian meninggi menyapa helikopter yang kebetulan melintas, menarik perhatian awak pesawat.ketika mendarat ternyata ada seseorang yang sudah bertubuh ringkih dan menggelayut keputusasaan dan amarah di wajah nya namun semua sirna ketika ia sudah di dalam helikopter tersebut. 


Esensi dari cerita singkat di atas "terkadang sesuatu yg kita anggap buruk dan berasumsi Tuhan berpihak dengan kesengsaraan yang sedang kita jalani adalah sebuah jalan menuju kebahagiaan itu sendiri, Tuhan Maha Baik biarkan ia yang berbisik"


Menarilah seakan-akan tidak ada orang yang memperhatikan, menyanyilah seakan-akan tidak ada orang yang mendengarkan, mencintailah seakan-akan kita tidak pernah terluka dan hiduplah seakan-akan surga ada di bumi. jadilah saya yang terlalu banyak luka namun berpura pura, kata seakan-akan adalah nyanyian lupa berpura untuk rasa guna tak ada yang mengenalinya. engkau anggap apa saya dan setumpuk luka ? tak bisakah engkau percaya bahwa saya dalam dunia entah berantah bersekat gila. menunggu hujan di tengah kemarau panjang, berharap air pada padang pasir yang tandus terbentang, dan saya adalah kota yg gersang, jalanya semak dan tumbuh banyak ilalang, usang rindu yang tak kau ulang hingga hilang kata lekang.

Asingkah kata kita ? bukankah kata kita yang selalu engkau sebut dalam percakapan sederhana saat engkau dan aku masih di massa silam yang sudah berganti lama. bagimu di teras hatimu aku adalah hama. mungkin karna itu aku terusir dari kota menuju dunia entah berantah. bila engkau bertanya mengapa dirimu yang mesti kucintai ? sama saja seperti kau bertanya mengapa Tuhan menciptakan semesta dan manusia dihadiahi mata. mengapa aku masih menanti ? Karna kau yang kucintai karna hati. kau kepunyaanku dlm puisi, sajak, sastra dalam kata.

Definisi ruang bagiku adalah sebuah bangunan tanpa jendela dan tanpa pintu, ruang itulah yang memenjarakan kelam dan cahaya serta merayap nya rindu disana bagiku engkau hidup selamanya kendati paripurna wajahmu sirna.

MELEPAS RESAH DENGAN PASRAH

 

 


     Sebuah epilog tanpa prolog,kisah yang tidak pernah dimulai namun sudah berakhir tanpa kata selesai. Cukup bicara pada diri sendiri,apa yang salah dan apa yang harus diperbaiki .tidak akan menjadi manusia amatir yang ingatnya hanya dipakai untuk menyimpan segala bentuk kesalahan lalu amnesia dengan segala bentuk kebaikan. wahai perempuan yang bersarang dendam serta algoritma pembalasan, dendammu terbalas menebal bekas pada duka puncak hancur teratas,entah angka berapa untuk tahun tahun dimana rumahku tidak lagi menjadi kepulanganmu, pundaku tidak lagi menjadi sandaran tempat tumpah cerita dan tangismu,bumi tak lagi utuh,semesta tak lagi teduh namun aku bersemayam dibaliknya. banyak cinta yang datang namun kupaksa pulang, banyak cita yg ingin kugapai namun hancur dgn lantang karna harapku masih berselang dalam rentang yang panjang.kau dan rindu kutimang-timang,asuh asih dengan cinta dan sayang, 

rumahku saat malam dan petang ramai dikunjungi kesedihan, kehampaan, ketiadaan, nyatanya kau acuh dengan ketidaktahuan. Hari hari lalu kusajikan pengorbanan, kutawarkan perjuangan, kugadaikan harga diri,lalu kau ludahi tanpa melihat hati. Aku tertimbun dalam reruntuhan kehancuran terkapar menunggu hujan menggigil dan kedinginan harap diselimuti pelukan.Namun kukabarkan bahwa kau tidak hanya ketidaktahuan namun kau adalah kejahatan yang nanti nya akan kuabadikan dalam tulisan.

Kemarin adalah kali terakhir akan aku yang hatinya masih prihal kamu. Terhitung hari ini  aku pastikan tentang mu adalah segala yang sengaja tidak ingin aku ingat, jika nanti kau mencari maka temui saja pada waktu yang di sebut kemarin karna disana kusemayamkan banyak tangis, kelukaan, kedukaan, penantian ,hinaan, kebodohan, harapan,dan ketidakpercayaan, yang semuanya adalah alasan mengapa hidupku di sapa oleh kehancuran setelah kau memilih kepergian dan ketidakpedulian. Sujiwo tejo berujar, putus pengharapan dan diabaikan ada obat dan olahraganya, obatnya melupakan dan olahraga nya berburu pasangan baru. Ingat! kutebus salah dengan menanti tanpa kata sudah namun kau yang inginkan sudah.

Jiwa yang lelah membutuhkan persemayam yg indah, dan persemayam tersebut bernama lelap, raga yang lusuh atas penantian harap sua Tuhan dengan kematian, teriakan semu hanya gema membekas tiada berujar doa pinta dan nestapa, rebahlah rindu rindu yang sekarat, terjerat kecup janji yang berkarat namun terbelah oleh sekat.sangkaku kau tak akan pernah pamit dalam sukar ikhlas langkah menjauh amatlah berat. 

Pada teluk dadaku kau datangkan kabar, yang mulanya kupikir semilir pantai ternyata kau kirim laut pasang,hampir mati menanggung cinta tegak memaku dalam penantian, terabaikan & diludahi karna tak tau diri. engkau bahagia karena dendammu terbalas & aku bahagia karna mencintaimu tanpa kesudahan.bila nanti kau kembali mungkin saja saat aku sudah pergi. Luput dri kisah namun terkenang dalam sejarah, melodi semesta mengalir indah dipelupuknya. Pantaskah kau memasung rindu, membiarkanya lapuk dalam kalbu,lalu terpendam menggebu serta berdebu tak beranikah kau mengadu? Kau adalah dogma yang meluluhlantakan nirwana, distorsi semesta yang kucipta, Kau adalah puisi abadi yang lupa kuselesaikan diksinya. 

Wahai kau perempuan yang kupuja dalam sastra menari indah dalam lantunan kuasa, tengah mengawangkah dirimu? Beralaskan remah kehancuran diri sendiri? Ini diriku yang hancur beralaskan remah ketidakpercayaan. Kenapa selalu aku yang ditinggalkan.Dimanakah tuhan? Wahai Tuhan aku tau kita  tak saling bicara, tapi tentunya kau masih ingat aku,sebagaimana aku tak pernah menyangkalmu & jika ini detik detik penghabisanku maka bebaskan aku berbicara semauku.

kau pangku kebahagiaan yang di hidangkan lalu mengapa aku yg kau undang? Takan kuhadirkan kakiku kesana, tak pula kuhadapkan mataku tuk melihatnya, aku kan dirasuki ratusan imaji mengenai dirimu dengannya. Bagaimana kalian bertukar tawa dengan tangan yang bercengkrama sama kuatnya dengan paranoid cinta kau dengannya betapa kau tidak seharusnya di sana, Maaf aku tidak sedang berselera tuk disiksa. Kendati luka & sakit tak apa aku hanya ingin menikmatinya lebih lama sementara kau dengannya. berkutat dengan kenangan terpampang dalam ingatan, Menguras duka & menyuburkan penyesalan. Dalam diam senyummu bertalu, dalam hati aku memilu.mencintai adalah mengabdi tuk tidak pergi. 


Leiden is Lijden: Minggat Adalah Jalan Perjuangan

Saya menyukai film yang bertemakan atau berlatar peperangan. Salah satu judul film peperangan yang saya tonton lebih dari tiga kali berjudul...