Dalam khazanah sejarah dan ingatan bangsa ini kita mengetahui bahwa Himpunan Mahasiswa Islam merupakan organisasi Islam yang berdiri pada 1947 di Yogjakarta. Berdirinya HMI secara eksplisit berkaitan dengan kondisi sosial politik di tanah air paska kolonial hingga dinamika pergolakan bangsa, kondisi sosio-politik yang demikian itu turut menentukan pandangan HMI dalam format revolusi mental bangsa. HMI dalam hal ini terus berijtihad melalui komitmen kebangsaan dan keumatan demi menuju pembaruan dan pencerahan bagi masyarakat Indonesia. Dan tidak dapat kita hapus dalam ingatan bangsa Indonesia bahwa HMI memiliki kontribusi besar dalam kemerdekaan, gagasan, dan melawan penjajahan kala itu.
Dalam ijtihad nya, HMI berupaya keras untuk menjaga komitmen nya, melewati era demi era dengan berbagai fenomena dan dinamika yang tidak jarang mengguncang niatan HMI dalam perjalanannya yang tidak mudah. ada satu pernyataan dari Cak Nur yang kontroversial dan sekaligus mengilustrasikan dinamika nostalgia di HMI: "Bubarkan saja hmi" saya pikir pernyataan Cak Nur yg merujuk pada persoalan dalam tubuh HMI yang harus dibaca secara kritis terkait khittah perjuangan HMI.
Rasionalitas pernyataan di atas meletup kepada kegelisahan intelektual, semacam dramaturgi dalam pemikiran Cak Nur akan kekhawatiranya mengenai eksistensi HMI, karena bagi cak nur, HMI nantinya akan dijadikan bahan olok-olok. selain itu, HMI terlalu politis terdekat dengan kekuasaan orde baru.
Tapi apakah dengan pernyataan Cak Nur, HMI harus mengambil jarak atas kekuasaan dan politik? jika kita meminjam ungkapan dari Taufik Hidayat dalam salah satu pidatonya yang diulas oleh Idris Pua Bhuku dalam tulisannya yang berjudul menjaga independen himpunan Taufik hidayat memberikan analisis kritis terhadap posisi HMI dalam pergolakan politik bangsa:"Bagi HMI kekuasaan atau politik bukanlah wilayah yang haram politik justru mulia jika dijalankan di atas etika dan bertujuan untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Lantaran itu, HMI akan mendukung kekuasaan pemerintah yang sungguh dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan, sebaliknya HMI akan tampil ke depan menentang kekuasaan yang korup dan menyeleweng.
Selaras dengan ungkapan Taufik Hidayat notaben nya politik merupakan instrumen penting dalam mengelola dan mengatur sebuah negara, tanpa politik tidak akan melahirkan dialektika dalam menuju perubahan sosial dan global, dan sebaik-baiknya politik adalah pemikiran yang ber perikemanusiaan.
Bagaimana HMI Hari Ini?
Ibarat sebuah kapal besar yang berlayar mengarungi lautan zaman pelayaran, HMI yang telah melewati berbagai terpaan dan hiruk pikuk zaman, membuatnya seumpama hendak karam atau perlahan tergerus. Jika melihat kondisi yang dihadapi oleh HMI hari ini, kita dihadapkan pada posisi krisis intelektualitas dan bahkan dilematis, apalagi jika dihadapkan pada relasi ideologis antara HMI dan alumni, membaca HMI hari ini seperti membaca paradoksal khittah perjuangan HMI.
Kompleksitas kondisi politik bangsa di zaman saat ini sepertinya masih relevan dengan apa yang menjadi kecemasan Cak Nur, HMI dalam realitas kerap menimbulkan kontroversi dalam interpretasi sebagai pabrik atau gudang melahirkan kader-kader yang oportunis dengan dan ego individualitis nya dan variabel gerakan-gerakan underbouw yang terstruktur. pun dalam skala politik nasional, afiliasi alumni alumni HMI dalam pemerintahan dan politik masih belum mencerminkan semangat perjuangan HMI.
Independensi
Independensi atau kemandirian merupakan sebuah karakteristik lagi sifat yang dianut oleh ini sejak berdiri, mendiang para pendiri HMI khususnya Lafran Pane melihat berbagai faktor dan kecenderungan yang berpotensi menghalangi perjuangan hmi dan bahkan bisa meruntuhkan HMI.
Sehingga lahirlah independensi seperti yang termaktub dalam AD/ART pasal 6: "HMI bersifat independen." Independensi ini sendiri terbagi menjadi dua, dalam tupoksi masing-masing yang saling berkorelasi dalam menentukan posisi HMI independensi Etis dan independensi Organisatoris.
Independensi etis disandarkan pada pada prinsip ketidakberpihakan individu atau sikap objektif dan cenderung mengedepankan integritas, kejujuran, dan keadilan, independensi Etis seyogyanya berdinamika lewat ruang-ruang pemikiran yang analitis dan konstruktif dalam relasi hablum minallah dan hablum minan nas.
Sedangkan independensi secara organisatoris ialah membaca persoalan ini pada kemandirian hmi dengan terus berpartisipasi dan menjalankan roda organisasi yang konstitusional. kemandirian HMI ini juga di afirmasi lewat upaya nya melepas dari keintimanya baik kepada instansi atau kelompok tertentu yang berpotensi menciptakan hegemoni politik yang tidak wajar. Tafsiran ini senantiasa terpolarisasi sebagai manifestasi kemandirian HMI yang terus dijaga dan dirawat sampai saat ini.
Tulisan ini sedari dulu ingin saya umumkan dalam laman sosial media saya, hanya saja ada banyak kehawatiran dan pikiran yang menganggu saya untuk melepas tulisan ini untuk dikonsumsi secara berjamaah, Karna mengingat bahwa rasanya kita sedang hidup di masa Orde Baru. Dimana banyak sekali aktivis yang hilang bak ditelan bumi seperti Wiji Tukul, Marsinah yang diperkosa dan dibunuh dengan tragis, seperti Munir yang di racun, dan masih banyak lagi korban korban dari orde lama yang hilang tanpa pengusutan tuntas. Diferensial nya adalah hari ini kita tidak dibunuh secara langsung dengan senjata tajam, atau tidak diracun dengan sianida dan racun kimia lainya, atau bahkan diperkosa, namun yang di racun adalah keberanian kader untuk mengungkapkan sebuah fakta dan fenomena, yang dibunuh adalah mentalitas untuk menyuarakan ketidakadilan, dan karakter yang diperkosa agar tak dapat jabatan. Akhirnya kecemasan dan ketakutan kita untuk bersuara dibungkam dengan cara yang mereka boikot sebagai siasat elegan semacam itu.
Ternyata tidak hanya negara yang membatasi freedom of speech and expression namun HMI juga membatasi hal tersebut dengan cara yang tidak langsung kendati dalam setiap momen para pemangku kebijakan selalu berspekulasi bahwa mereka terbuka atas segenap kritikan, dan saran serta nasehat. Komperitas nya adalah negara membatasi hal tersebut di saat banyak sekali pemuda pemudi bangsa yang berbicara dalam berbagai aspek kemunduran kemunduran negara, dan kebijakan kebijakan yang dianalisis secara subjektif dengan argumentasi yang kuat melalui teknologi yang kian mengembang dan maju dikhawatirkan argumentasi tersebut akan memprovokasi atau menginfluasi khalayak ramai, sehingga membelah sosial dan paradigma masyarakat. Di HMI terjadi banyak penyimpangan konstitusional dan pengangkangan konstitusi namun tidak ada yang berani menyuarakan hal tersebut dengan lantang.
Padahal kita bersepakat bahwa HMI dan khususnya Cabang Jambi hari ini sudah tidak lagi produktif dalam banyak aspek, terlihat dari hilangnya pengurus cabang, minimnya aktivitas dan kurangnya ketegasan cabang dalam menindak kader kader dan pengurus cabang yg menyimpang dan lalai akan tanggung jawabnya, dan Konfercab yang hanya dibuka dan hilang kabar, berujung pada kualitas dan kuantitas kader yang statis, beku, dan kaku.
Kita sepakat para kader dan mereka menganggukkan dekadensi hal tersebut, namun mereka tidak berani untuk menyuarakannya. Apakah ketakutan untuk berbicara secara kontekstual dan faktual adalah Karna ini tahun politik sehingga banyak kepentingan 2024 dan kongres yang di gantung layaknya Gordon HMI sehingga imbalan dari itu adalah kita dititahkan untuk diam dan bungkam, atau Karna jabatan struktural HMI yang strategis, sehingga kita takut dianggap berbeda jalan Karna mengkritisi kebijakan atau tindakan cabang oleh Karnanya kita tidak akan mendapat kursi? Atau mungkin ada mufakat yang belum tunai sehingga siasat alternatif nya adalah dengan menunda konfercab sehingga ritme berlangsung lama? Jika konteksnya adalah penundaan maka setiap penundaan pasti ada perencanaan kejahatan, persengkongkolan, dan konstruksi kebohongan.
Berdasarkan Pasal 27 angka 3 ART HMI, disebutkan bahwa Jabatan Pengurus Cabang adalah satu tahun sejak dikeluarkan SK oleh PB HMI. Pasal 31 huruf c ditegaskan, bahwa dalam satu periode kepengurusan Cabang tidak melaksanakan Konfercab selambat-lambatnya 18 bulan. Jika merujuk pada AD/ART HMI, maka sudah seharusnya dilaksanakan Konfercab karena Pengurus Cabang Jambi dilantik pada tanggal 25 Maret 2021, dan hari ini tanggal 06 Mei 2023 berarti terhitung 8 bulan kita menghadapi suasana Konfercab yang molor. Dalam Pleno 1 yang dihelat pada tanggal 22 Februari 2023 dengan tema: Evaluasi Organisasi memperteguh kebersamaan dan optimalisasi peran HMI. Ketua Umum HMI Cabang Jambi Berjanji akan Konfercab paling lambat 1 bulan yang terhitung dari pembukaan Pleno yang hanya sebatas 1, dan pembukaan Konfercab dihelat pada tanggal 13 April 2023, namun hingga hari ini tidak ada kabar berita terkait konfercab. Semestinya MPKC memberikan ketegasan berupa teguran pada kader yang terkait.
Imbas dari konfercab yang tidak memiliki kejelasan dan masa pengurus yang kian menua adalah:
1. Kematian Regenerasi
Stagnasi siklus kepemimpinan dan kita terlalu ego pada diri sendiri sehingga mengorbankan proses dan kesempatan adik-adik kader HMI lainnya untuk berproses, sehingga yang terjadi hari ini adalah pengurus lama yang sudah kadaluarsa. Dengan itu mereka sudah tidak bergairah lagi untuk mengawal proses adik adik lainya, dan adik adik menunggu masa mereka untuk berproses dalam kepemimpinan. Bukan kah setiap orang ada masa nya, dan setiap masa ada orang nya. Konfercab menjadi penting karena HMI Cabang Jambi harus segera melakukan regenerasi. HMI tetap ada hingga saat ini karena regenerasi didalam tubuh HMI terus berjalan, jika konferensi Cabang sebagai musyawarah tertinggi ditunda, bisa-bisa tubuh HMI yang terkena Pandemi (Sakit) karena tubuhnya tidak segera di regenerasi. Maka dari itu Kader HMI Cabang Jambi harus berani bersikap secara objektif dalam melihat realita yang ada.
2. Pengangkangan konstitusional
Dengan apapun alasan yang menyebabkan keterlambatan regenerasi tetaplah menjadi sebuah reputasi dan sejarah kelam pada mereka yang hidup di zaman tersebut, dan tentu nya kita sepakat bahwa tindakan tersebut adalah sebuah pengangkangan konstitusi dan jelas merugikan banyak aspek. Utama nya adalah kita menghina proses kongres dan keputusan mufakat yg di ambil dari beraneka gagasan terbaik dari kader kader HMI. Konfercab merupakan upaya bagi kita semua kader HMI Cabang Jambi khususnya untuk bersama-sama membuat perubahan yang konstruktif dalam tubuh organisasi sehingga dapat menjadi lebih baik lagi.
3. Hilangnya Minat Mahasiswa Untuk Berproses Di HMI
Dengan masa jabatan yang tidak dibatasi berujung pada ketidaktertarikan mahasiswa pada HMI kendati hakikatnya HMI memang sudah lama tidak diminati, kita sepakat bahwa HMI dahulu mengapa digandrungi oleh banyak mahasiswa Karna HMI menawarkan banyak wadah proses yang membekali mahasiswa dan menunjang perkuliahan mereka, terlihat pada agenda diskusi, follow up, dan pembelajaran lain nya. Lalu mengapa akhir akhir ini semakin jelas hilang nya rutinitas tersebut Karna mengingat bahwa ketua umum komisariat sudah berasumsi jabatan mereka telah habis lalu untuk apa membuat kegiatan, serta kesibukan lain nya seperti panwascam, PPK, dll yang membuat kefokusan mereka terbelah.
Sebenar nya masih banyak lagi dampak dan imbas dari ketidakkonsisten serta tanggung jawab HMI ketua umum HMI cabang Jambi dalam menghelat konfercab ke-40 ini.
Tulisan ini bukan untuk menghakimi atau menyerang pribadi tertentu namun tulisan ini lahir dari keresahan, kejanggalan, yang dirasakan oleh banyak kader yang bertanya prihal konfercab, bahkan senior HMI pula mempertanyakan hal ini. Merepresentasikan nelangsa tersebut untuk itu saya tuliskan ini, namun aneh nya mengapa ketua umum komisariat seperti tidak memiliki andil, bahkan tanggung jawab untuk mempertanyakan hal ini dan menuntut anomali ini.
Jika memang Karna kritikan yang membuat kita terbunuh, teracun, diperkosa, bahkan diasingkan dari kerumunan Karna terlalu idealis atau hal lain nya, saya bisa apa?
Mohon maaf atas segenap narasi yang tidak berkenan, menyinggung, menyakiti, namun pada hakikat nya tidak ada niatan untuk menuju satu pihak atau ke pribadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar