Senin, 01 Mei 2023

MATINYA DEMOKRASI KAMPUS: Kampus adalah Sarang Mahasiswa Ber-IQ Jongkok dengan Literasi Kronis

 


        Prahara argumen baku menjadi kolase parameter sebuah kehidupan,ketika paksaan menitik beratkan pada paragon yang bermuara dalam aturan,konon kini termaktub dalam naskah leksikon yang dipaksa untuk berjalan sejalan. lajur padu karya terkungkung pada selongsong dimensi akreditasi,menghambat melisi yg terus berambisi,hingga udara tak pernah lagi bebas dihirup.sejak selangkang dasi menutup diri pada setiap ekspresi.pada semesta yang kupijak,niatkan nyali menyala dalam setiap diri.untuk menyudahi kelakar tentang Demokrasi.dan sejarah kan menjadi saksi bahwa hari ini kebebasan lahir kembali.kutuliskan narasi ini sebagai penghormatan lahirnya ekspansi norma pesakitan yang dianggap amunisi.kreasi yang dianggap basi,ekspresi yang dianggap ilusi.namun norma yang engkau cipta tak pernah sedikitpun kuanggap sebagai ilusi.

Jika hanya harap penghormatan dan disambut dengan tubuh yang menunduk saat bertemu,jika hanya harap pujian dan nyanyian syahdu dari orang lain namun nyatanya engkau tidak berdampak lalu apa yang engkau bangga? untuk siapa? untuk mereka yang ingin sekali dihormati padahal tak paham konsepsi demokrasi,untuk mereka yang bertanding dikandang sendiri dan satu darah daging.untuk mereka yang menutup ruang ruang intelektual,untuk siapa? Untuk mereka yang bangga menjadi pimpinan namun berlaga dalam satu warna.lihatlah dan komperisasikan sendiri demokrasi, progresi,produktivitas pemikiran, pencapaian komunal hari ini atau dahulu? Lihat karna engkau banyak mahasiswa yang hilang mimpinya dan teralihkan pada pemikiran dangkal dan takut dalam balutan pluralisasi.apakah engkau buka ruang ruang dialog dan dialek? Banyak persengkokolan berdalih kesejahteraan padahal pembunuhan.

Berbicara tentang kemajuan sebuah negara maka rasanya perlu kita menelisik lebih dalam prihal pendidikan yang tidak jauh terkait Sekolah yang kini kehilangan maknanya sebagai wahana pendewasaan,bagi seluruh penghuni didalamnya dan otoritas otoritas yang bersinggungan dengan keberadaanya. Apa bedanya sekolah dan penjara jika ruang ruang kelas bagi siswa lebih mirip kerangkeng kerangkeng,bak pintu yang tertutup ketika pelajaran berlangsung sehingga siswa kehilangan cakrawala optik alternatif,bangku bangku memaku tubuh para siswa supaya tidak sedikitpun bergerak,dan tentu saja para guru seperti sopir penjara, marah jika dikritik,menolak jika ada usulan,membentak jika ada kesalahan, bahkan memukul ketika ada yang dirasanya pantas dipukul. kita patut mengkhawatirkan keadaan semacam ini, kita  juga layak merenungkan.

Mata pelajaran disesakan ke otak para siswa, kesadaran untuk maju menggunakan pola keresahan,ancaman,dan hukuman oleh guru. Akibatnya para siswa berangkat kesekolah dengan hati yang gundah dan beban resah. Kultur pendidikan kita berlangsung semacam ini dan ini yang kita sebut dengan masa depan, ini adalah pedagogi hitam. Antropologi kampus dan tipologi mahasiswa adalah kambing yang terseret oleh rantai yang melingkar dileher. kita diciptakan menjadi budak pendidikan pelopor kemajuan, kita termonopoli oleh kekejaman dan kita lupa menjadi manusia sesungguhnya.

 Selalu ada dua sisi yang disediakan Tuhan dalam realitas dan itu semua adalah pilihan. termasuk kegagalan dan kemenangan. apalah arti sebuah kemenangan jika bertaut didalamnya sebuah kelicikan, apalah arti sebuah kemenangan jika berkomposisi kebohongan, apalah arti sebuah kemenangan jika diraih dengan menjatuhkan, apalah arti sebuah kemenangan jika didapat tanpa lawan dan tandingan. kontestrasi akan lebih mengasyikan jika terdapat banyak lawan sehingga kita berlomba dlm kebaikan tanpa menggulingkan.pikiran dikuras untuk mencari siasat untuk menang. semua calon sudah mempersiapkan diri untuk kontestrasi hari ini.

Mereka membaca, berdiskusi, berlatih dalam retorika, menyelami permasalahan yang ada sebagai rujukan evaluasi agar tempat tersebut mengalami perkembangan intelektual. berusaha membedah setiap polemik yang tak terselesaikan oleh pemimpin terdahulu. para calonpun akan berusaha hidup berdampingan dengan rakyatnya dalam keihklasan, serta rakyat akan merasakan perkembangan yang signifikan serta menemukan banyak pilihan yang baik yang bermuara dari ketulusan, yang tidak hanya berlaku usai kontestrasi. Coba kita bayangkan jika ini yang terjadi di tempat tersebut dengan tipologi pemimpin & konsep politik seperti ini, betapa hangatnya kita berdemokrasi, betapa berkembangnya penalaran dan pikiran rakyat. betapa merdekanya kita sebagai mahasiswa.lalu coba kita berandai andai dalam narasi sebaliknya.

Sebuah kampus yang megah hanya menyediakan satu kontestan dalam kontestrasi raya? apa hebatnya menang tanpa tandingan atau lawan, apa hebatnya menjadi hebat di tengah tengah orang hebat? apa hebatnya Demokrasi satu kelompok? bahkan informasi tidak trasparan dan dikemukakan seta dipublikasikan secara masif ajaib nya setelah terpilih barulah berbondong-bondong mempublikasikan ke khalayak ramai. 

BIASANYA MEREKA YANG INGIN MENGGULINGKAN LAWAN ATAU TIDAK INGIN MEMILIKI TANDINGAN ADALAH MEREKA YANG TIDAK BERKEMAMPUAN, ADALAH MEREKA YANG SUDAH CEMAS AKAN KEKALAHAN,DAN MEREKA DALAM ISYARAT MENGAKUI KEHEBATAN LAWAN YANG HENDAK DIGULINGKAN! Heiii Bung! Jangan terlalu bangga dengan kehormatan jabatan karna jabatan tersebut adalah jabatan tanpa tandingan, posisi yg diraih tanpa lawan. secara akal sehat, jika kita mengakui kelemahan & sadar akan kehebatan lawan maka kita akan belajar agar sejajar dalam pengetahuan & kita akan berkembang.karna kita akan mempersiapkan.ini hakikat dari kemenangan ! 

 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar